Saturday, April 20, 2019

Pengalaman membeli rumah pertama, Victoria Permai Babelan


Setelah  sekian lama bekerja, 11 tahun tepatnya, akhirnya pada April 2019 ini, Alhamdulillah, salah satu keinginan untuk menempati rumah sendiri (meskipun masih harus mencicil ke bank karena diagunkan untuk KPR) semakin dekat setelah serah terima kunci rumah pada tanggal 16 April yang lalu.
Yah, sudah 11 tahun ternyata. Dimana hasil kerja dari 2008 – 2014 sepenuhnya digunakan untuk bertahan hidup di rantau sambil menempuh kuliah agar menjadi lebih pinter. Kuliah yang astaga, teringat kisah pilu harus cuti kuliah 1 semester karena tidak ada biaya saat mau UTS, menerjang jalur gelap dari Marunda Center ke Cikarang via CBL selama hampir 1 tahun, kuliah yang selesai juga setelah pindah kerja 2 kali… Aih… sambil sedikit sedikit berusaha membahagiakan keluarga…, Alhamdulillah..
Kembali ke rumah, sebenarnya saat setelah lulus kuliah di pertengahan 2014 dan bekerja di Cibitung, sudah terpikir untuk mencicil rumah subsidi. Didorong oleh boomingnya promo rumah subsidi saat itu yang cicilannya flat per bulan mulai 700 ribuan bahkan ada yang kurang dari itu. Jika dipikir-pikir, dibandingkan dengan biaya kos perbulan  sekitar 500 ribuan, hanya dengan menambahkan biaya sekitar 200 ribuan sudah bisa memiliki rumah subsidi ukuran 36 / 60 atau 36/72 - tentunya diluar biaya listrik dan air - sangat menggiurkan. Jadilah akhirnya selama beberapa waktu dihabiskan untuk survey beberapa perumahan baru di daerah cikarang, cibitung, dan bekasi, namun semakin banyak yang disurvey semakin tidak nampaklah realisasinya. HIngga akhirnya saya kembali pindah kerja untuk ketiga kalinya dan pindah kosan dari bekasi ke kelapa gading setelah tinggal di kosan tersebut sekitar 5 tahun lamanya.
Ketika mulai sibuk kerja di tempat baru dan hampir terlupalah keinginan  untuk membeli rumah, akhirnya pada suatu hari sekitaran November 2016 saya dihubungi oleh Mbak Desi, teman kos di Bekasi menanyakan kalau ada minat untuk membeli rumah. Pertanyaan ini langsung saya sambut dengan kata Ya. Akhirnya Saya, Desi, dan Adnan -teman kosan lainnya yang berhasil diajak Mbak Desi- surveylah ke lokasi perumahan yang diinformasikan.
Perumahan Victoria Permai, dibawah developer Metroland, itulah nama perumahannya.

Friday, December 30, 2016

1 Day Trip Ke Pulau Pari

Untukmu yang berkerja di Jakarta dan hanya dapat jatah libur sehari


Hari libur bagi karyawan itu ibarat jodoh yang selalu ditunggu kedatangannya.., terlebih bagi saya yang hanya dapat jatah libur 1 hari dalam sepekan, di titik ini saya rindu tempat kerja yang dulu bisa libur Sabtu - Minggu.

So, libur sehari ini bisa dimanfaatkan untuk tidur, nganter baju ke loundry, olahraga, atau JALAN-JALAN KE PULAU SERIBU..

Yoiii ke Pulau Seribu bisa dalam 1 hari, tapi ya begitulah , jangan harap bisa snorkling, island hopping, ada acara bakar-bakar, renang-renang santai, tapi kalau untuk sekedar escape from the town, getting fresh air, tidur-tiduran santai di bawah pohon kelapa diiringi hembusan angin pantai berpasir putih, itu sangat bisa.. Let's say it's a fast charging mode for mind.


Saat cuti bersama Natal kemarin, kebetulan Bapak dan Adik saya datang dari Kendari, Bapak juga sekalian mau benchmark pengelolaan pariwisata pulau di Kep. Seribu, jadilah kami bertiga 1 day trip ke P. Pari.


06:00 > Berangkat dari penginapan di Kwitang ke dermaga Kali Adem
06:40 > Tiba di Dermaga Kali Adem
07:27 > Kapal berlayar 
09:20 > Merapat di Pulau Pari








12:45 > Kapal berangkat dari Dermaga Pulau Pari
14:43 > Tiba kembali di Dermaga Kali Adem

Di atas ada historical perjalanan kami kemarin, jadi di kami ada waktu di Pulau Pari selama kurang lebih 3 jam. Singkat sekali ya? tapi jangan salah, kalau di Jakarta, apalagi pas dikejar deadline, waktu 3 jam itu memang bisa terasa 30 menit, tapi di sana entah bagaimana 3 jam itu terasa panjang...

Jadi apa yang bisa dilakukan dalam 3 Jam?
  • Menemani Bapak survey dermaga, penginapan, warung, pengelolaan pantai, fasilitas kebersihan, MCK.
  • Rehat sejenak di Pantai Kresek
  • Tiduran di Hammock di Pantai Bintang
  • Makan siang di Pantai Perawan



















Meskipun singkat, namun sangat lumayan untuk menyegarkan pikiran dan memaksimalkan hari libur.

Biaya :

  • Naik Taksi sampai Jembatan Kali Adem (taksi tidak mau masuk karena takut kabinnya bau) : 60k
  • Naik Bajaj ke Dermaga : 20k
  • Tiket ke Pulau Pari - Kali Adem pp : 90k/orang, sebenarnya ini tiket  ke P. Pramuka, cuma batal karena kejauhan.
  • Sewa Sepeda : 15k
  • Retribusi masuk P. Kresek : 2,5k /orang
  • Retribusi masuk P. Bintang : 2,5k  /orang
  • Retribusi masuk P. Perawan : 2,5k  /orang
  • Makan siang dengan menu Ikan Baronang 1 Kg (3 ekor) + Nasi Putih + 3 Es Teh Manis : 125k
  • Naik odong-odong dari Dermaga keluar Jembatan : 5k/orang
  • Naik Taksi Balik ke Kwitang : 60k



Tips:
  • Pada hari kerja, jadwal kapal, baik dari Pulau maupun dari Kali Adem, hanya sekali berangkat yaitu di pagi hari (info ABK), kalau di hari libur dari Pulau ada yang berangkat siang ke Kali Adem.
  • Sebaiknya langsung bertanya ke ABK ataupun petugas tiket jika ingin naik kapal siang untuk kembali ke Kali Adem, jangan sampai kehabisan tiket, dan membayar langsung ke ABK bisa jauh lebih murah.
  • Untuk berkeliling pulau biar cepat sebaikanya langsung menyewa sepeda.
  • Jangan membwa barang yang tidak perlu, kalau perlu cukup bawa badan saja, toh hanya pp.
  • Jangan sampai ketinggalan kapal


Selamat Beribur....








Saturday, December 3, 2016

Dari Lab ke Logistic

Berubah Haluan

Empat tahun belajar di sekolah kejuruan kimia di Kota Makassar, yang tentunya proporsi belajar kimia dan aplikasi laboratoiumnya lebih besar, sekedar menyebutkan,  kimia dasar, kimia organic, kimia anorganik, analisa gravimetric, analisa volumetric, analisa fisik, analisa mikrobiologi, analisa instrumental, K3 Laboratorium, analisa organoleptik, bahkan pelajaran Bahasa Inggris dimasukkan juga materi kimia yang saya mengucapkan terima kasih Pak Darius, saya jadi lebih mudah mengerti instruksi Kerja yang masih banyak mengambil dari sumber dalam bahasa Inggris. Lulus sekolah tersebut dilanjutkan bekerja 2+1+3 = 6 tahun di Laboratorium 3 perusahaan, dan sekarang saya berakhir di sebuah perusahaan logistics! Begitulah kehidupan…

Jika sebelumnya saya menganalisa berapa kandungan protein, lemak, dan bakteri dalam susu, mencoba mencari tahu formula yang tepat untuk membuat pestisida, maka sekarang saya menganalisa berapa biaya dan waktu  yang diperlukan untuk mengirimkan sebuah excavator misalnya, dari Jakarta atau dari sebuah daerah yang tidak terbayang  lokasinya ke daerah lain yang bahkan google pun kesulitan menemukannya.

Hingga ketika ada kesempatan bersua dengan sesama perantauan asal SMAK Makassar di Jabodetabek, ketika yang lain bercerita mengenai seputar analisa laboratorium, saya hanya mampu membayangkan dan mengingat-ingat beberapa prosedurnya. Sungguh terkadang masih rindu hati ini mengenakan jas laboratorium, membuat larutan standard, mengencerkan sampel, menginject 50 microliter larutan sample ke HPLC atau GC,  membuat media agar steril, menghitung jumlah koloni bakteri dan jamur di cawan petri, membakar ose (yang saya sempat lupa namanya dan harus cari dulu di goggle), bahkan saya masih bisa mengingat manisnya aroma chloroform yang pernah dengan bodohnya saya pipet dengan menggunakan mulut alih-alih menggunakan bulf, bau potato dextrose agar, hingga bau tengik yang terbentuk dari koloni bakteri Salmonella ketika ditumbuhkan di media XLD.


Wednesday, November 30, 2016

Biaya Naik Gunung Papandayan

Dikelola Swasta Plus dan Minus

Bulan September kemarin, atas rencana dadakan tiba-tiba saya dan teman-teman baru kembali naik ke Gunung Papandaya, Garut. Niatnya untuk melepas lelah dan penat, plus bonus tidak ada telepon dari mana-mana... hhheeee

Seperti pada pendakian sebelumnya ke Papandaya, masuk lokasi wisata kawah akan disambut gapura dan membayar biaya masuk, namun wooww ada yang berubah ternyata. Tarif masuk naik berkali lipat. Dulu seingat saya masuk ke sana hanya sekitar 20 - 30 ribuan diluar biaya parkir.

Berikut update tarif nya.


Jadi tinggal dijumlahin saja tuh tarif masuk, tarif kemping, tarif masuk kendaraan + parkirnya.
Dan lihatlah tarif pengunjung mancanegara alamak, bisa 3x lipat tarif WNI. Kebayang kalau saya dikasih tarif begitu kalau mau naik gunung di Malaysia atau dimana pasti bakal nolak.. hhaha, padahal pernah dapat tarif lokal karena dikira warga Malaysia sono.

Dan pertanyaannya adalah apa yang berubah? lebih baik kah?
Ya, sepengamatan saya lebih baik dari sisi fasilitas :
  • Toilet umum: Sudah ada di area parkiran, kawah, dan pondok Saladah. Air bagus (pastilah), bersih, gayung, ember, kloset jongkok. 


  • Trek: Jalan juga sudah lumayan perbaikannya, sudah dibuatkan anak tangga di beberapa bagian dan juga ada gazebo untuk istirahat di tengah trek, di sekitar area kawah.

  • Keamanan: Ada Security yang berjaga 24 jam dilengkapi HT.




  • Kebersihan: Sekarang tidak ada lagi alasan mengotori alam, tempat sampah tersedia, bahkan pendaki nakal yang suka meninggalkan sampah di area kemping sekarang harusnya sudah tidak ada, karena kita cukup mengumpulkan sampah di pos secutiry yang ada di jalan masuk area kamping. Petugas yang akan bertanggunjawab mengelola sampahnya. 




Tapi jangan berharap ada fasilitas dan petugas keamanan serta petunjuk jalan menuju Tegal Alun, karena pengelola tidak mencakup area tersebut.


Dan apakah minusnya? Ya pertama pasti memberatkan biaya pendakian, bahkan di pasar cikajang bertemu dengan pendaki lain yang menyebut bahwa ini adlaah gunung dengan biaya masuk termahal di Indonesia, akhirnya menjadi sepi, hal yang kmeudian dikeluhkan para pedagang di sana.


Mengutip perkataan Tyo " Ini membuat pendaki menjadi lebih bertanggung jawab" Agree or not?



Akhirnya tujuan saya tercapai, menghirup udara segar dengan pemandangan alam luar biasa anugerah Tuhan, menambah pertemanan sesama pendaki, dengan pedagang, berbagi cerita sambil menghangatkan tubuh, serta bonus no call for 2 day 1 night.



Terima Kasih Tuhan, semoga perjalanan selanjutnya ke Papandayan bisa bersama pasangan tercinta masih bisa menikmati anugerahMu di kesempatan selanjutnya.


Aaamiiinnnn... baik yang dicoret maupun nggak...,

Tuesday, November 29, 2016

Mengatur Keuangan A La Single



Sudah bekerja 8 tahun tapi gak punya tabungan...


Well itulah realitas yang saya alami saat ini. Hal ini sudah saya sadari lebih awal sebenarnya dan tulisan ini untuk mengingatkan saya kembali.

Okey, memang ada banyak jenis investasi, bisa berupa saham, reksadana, logam mulia, properti, dsb. Namun pendidikan juga saya anggap investasi. So dari awal bekerja di 2008 hingga 2014, sebagian besar penghasilan yang saya terima dari bekerja saya alokasikan untuk membiayai pendidikan saya perguruan tinggi, hasilnya adalah pelajaran berharga, kawan, koneksi, dan gelar akademis yang akhirnya bisa saya gunakan kembali untuk bargain posisi di dunia kerja.

Namun pada kenyataannya, setelah lulus kuliah - yang mana seharusnya pos pengeluaran untuk pendidikan sudah berkurang dan secara teori bisa menabung - hingga akhir 2015 pun saya tetap tidak punya tabungan dan bahkan semakin terpuruk dengan hutang. Baru pada akhir 2016 ini kondisi keuangan , hahahhaha bahasanya, saya cenderung membaik. Alhamdulillah.

Untuk memperbaiki dan membalikkan kondisi tersebut ini hal yang saya lakukan:
1. Menetapkan target
Dari belajar dan membaca tips-tips keuangan yang bertebaran di website, saya akhirnya menetapkan target harus punya tabungan dana darurat minimal 3x pengeluaran pokok per bulan plus Rp. 0 utang.

2. Stop utang baru, lunasi yang ada, dan tutup pintu-pintunya
Pada awal 2016 saya mulai berjuang melunasi selurh hutang, baik hutang KTA maupun Credit Cards. Untuk melunasinya saya menghidari berutang lagi. Saat ini saya sudah berhasil melunasi KTA, menutup 1 dari 3 CC yang saya miliki, dan sedang proses untuk penutupan CC kedua. Kedepannya saya hanya mempertahankan 1 CC untuk kepentingan darurat.

3. Membuat rencana cash in - cash out
Pada pekerjaan saat ini, tipa bulannya saya dan team membuat rekap atas pemasukan dan pengeluaran serta prediksi atas kondisi kedepan. Hal itu membuat saya berfikir, mengapa saya tidak membuat untuk saya sendiri.
Akhirnya saya membuat tabel excel yang berisi pos pemasukan dan pos pengeluaran, budget dan aktualnya, hingga 2018. Ya hingga 2018. Hal ini banyak membantu saya mengontrol dan merencanakan pengeluaran agar tidak minus di akhir bulan.

4. Kontrol atas pengeluaran
Terinspirasi dari tulisan yang dishare teman di LinkedIn, saya akhirnya menginstall aplikasi Monefy, yang berguna untuk mencatatkan segala pengeluaran saya dalam 1 bulan. Sangat membantu, dan akhirnya saya upgrade ke versi pro. Mungkin agak berlebihan untuk setiap pengeluaran kita membuka aplikasi dan mencatatkannya, tapi demi mendapatkan gambaran aktual pengeluaran ya sudahlah. Lagipula jika dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk membuka sosmed, sekedar stalking mantan update status atau lebih parahnya menyebar hoax, proses ini jauh lebih bermanfaat. Dan pertanyaan uang habis dipakai buat apa bisa terjawab.


5. Kebutuhan vs Keinginan
Saya menginginkan berangkat kerja dengan motor CBR atau Ninja, namun ternyata yang saya butuhkan ternyata cukuplah sebuah motor Mio hitam milik sendiri yang sudah lunas. See? daripada mengejar keinginan dan ujung-ujungnya berutang, saya memilih memenuhi kebutuhan.

6. Tetap berbagi
Kontrol ketat pengeluaran bukan berarti menjadi pelit, jika ada kewajiban untuk menyisihkan harta maka tetap dilakukan, caranya dengan tidak menganggapnya sebagai pengeluaran namun sudah menghitungnya di awal dan gaji bersih yang dialokasikan untuk budget sudah dikurangi pos ini.


Mungkin terlihat menyiksa dan merepotkan, namun demi menghidari stress berkepanjangan akibat utang, it's worth it.







Friday, March 13, 2015

Rafting Pekalen – Bromo - Batu - Malang. Amazing, Fantastic Journey with Amazing, Fantastic Friends (part 2)

Madakaripura
Kalau ada bagian dari surga yang terdampar di Bumi, gue yakin kalau Air Terjun Madakaripura adalah salah satunya.  Airnya mengalir melewati hijaunya tanaman merambat. Bayangin loe duduk di tebing, sambil menatap air terjun yang turun melalui hijaunya pucuk-pucuk tanaman merambat di tebing. Dan melangkah sedikit lagi loe bakal melihat  air terjun yang membuat loe serasa berada di dasar sebuah sumur raksasa, dan airnya mengalir di dinding-dindingnya… Wuihhh capeknya melangkah bakal terbayar lunas disitu.
Perjalanan menuju Madakaripura dari Cemoro Lawang sekitar 30 menit, di sepanjang jalan loe disuguhi pemandangan ijo-ijo yang lumayan bisa bikin mata dan nafas  loe seger lagi, mata yang biasanya hanya melihat kendaraan lalu lalang, pabrik, kontainer, dan hidung loe yang terbiasa menghirup asap busuk dari bus-bus tua yang masih berkeliaran di Jabodetabek.
Dari parkiran menuju air terjunnya harus trekking sekitar 30 menit, melewati patung Patih Gajah Mada yang menyambut di gerbang serta trek yang masih terus dibenahi. Kalau haus dan laapr pas lagi trekking, tidak perlu khawatir, Sepanjang jalan banyak pedagang yang menjual mie instant, minuman hangat, dll.
 IMG_2918 _MG_8486
Di atas adalah patung Patih Gajah Mada yang akan menyambut siapapun yang akan mengunjungi tempat yang konon dulu merupakan tempat pertapaannya. Dan.... inilah secuil keindahan surga yang gue bilang men...
  _MG_8424IMG20141019133807

Eksotis dan menenangkan. Gue gak bisa ngasih kata-kata lagi,....

Kota Batu - Malang
Waktu semakin berlalu, perjalanan harus segera dilanjutkan. Berikutnya adalah titik pengantaran terakhir kami di trip ini oleh Randy, Kota Batu. Perjalanan ke Kota Batu, saatnya berrpetualang wisata kota , meninggalkan wisata alam di belakang. Sampai di Kota Batu sekitar pukul 7 malam. Penginapan yang gue booking ternyata terletak persis di depan Jatim Park II. Penginapan Kasuari namanya, CP 081332491570. Penginapan ini adalah sebuah rumah lengkap dengan teras, ruang tamu, ruang makan, dapur, 2 kamar tidur, kamar mandi dengan shower air panas, sangat cukup untuk kami 11 orang, apalagi ada extra bed dari yang kelola homestay. 
Setelah beres-beres kami meuju BNS, Batu Night Spectacular. Salah satu icon wisata di Batu, konsepnya seperti pasar malam. Tapi ini jauh berbeda, seperti di dufan lah kalau di Jakarta. Gokar, Sepeda Udara, Museum lukisan 3D, dan banyak permainan lainnya yang bisa dinikmati, tentunya setelah membeli tiket diluar tiket masuk. Kami di sana sampai jam tutup BNS, sekitar jam 11 malam. 
Setelah makan tengah malam, kami kembali ke penginapan untuk persiapan besoknya.

10 October 2014.
Pagi hari di Batu membuat gue malas bangun, tapi katanya harus bangun pagi biar rejekinya tidak dipatok ayam, dan benar. Pagi itu gue dapat telpon dari HR PT. SERA buat interview sama Director, tempat kerja gue sekarang. Setelah membeli oleh-oleh di dekat penginapan dan  sarapan kami lanjut jalan ke Museum Angkut. Hari itu lumayan sepi, gue lupa kalo itu adalah hari senin, hari seharusnya gue udah standby di Lab Sanova. Liburan di saaat orang lain itu kerja adalah satu kesenangan tersendiri men... Hahaha...
Apes buat gue, kita sampe di Museum Angkut jam 9, dan itu museum baru buka jam 11. Nasib, akhirnya gue harus puas foto-foto di luar musem doang, karena gue harus segera ke Malang ngejar kereta Gajayana jam 13.30. Ipan dan Ipin juga ikut gue ke Malang, mereka mau langsung naik kereta juga ke Jogja. Dari Museum angkut kami bis ke terminal Arjosari Malang. Dan baru kali itu gue naik bis yang kenek nya super ramah dan sangat-sangat menolong. Gak kayak di Jakarta dan sekitarnya, yang keneknya nganggap penumpang gak lebih dari barang yang bisa ngasih duit ke dia. Kata temen gue yang kuliah di Malang emang orang disana ramah dan menjunjung tinggi kekeluargaan. Cieeee..


#Wonderful Indonesia

Tuesday, December 23, 2014

Rafting Pekalen – Bromo - Batu - Malang. Amazing, Fantastic Journey with Amazing, Fantastic Friends (part 1)

18, 19, 20 Oktober 2014, akan tercatat sebagai hari-hari yang tak akan terlupakan di tahun-tahun berikutnya dalam hidup gue. Selama 3 Hari itu gue dan 10 sohib gue menjajajal arung jeram (rafting) di sungai Pekalen, Menjadi saksi hidup indahnya Bromo dan  Air Terjun Madakaripura, serta menikmati sejuknya Kota Batu.
Semua berawal dari posting Ashabul Kahfi di FB ini…
Screenshot_2014-11-29-22-51-36  Screenshot_2014-11-29-23-09-28
Gue yang dari awal hanya niat ikut-ikut doang, akhirnya malah jadi yang rajin kontak sana sini. Hheeee.. Jadi ini awalnya judulnya backpackeran, rencananya bakal ngeteng, naik kendaraan umum, dan liburan a la backpacker. Tapi karena dari semua yang rencananya ikut gak ada yang tau sama sekali sama itu jalur, sampe ada yang ngaco ngasih jalur ke Ijen sampe Baluran, hha akhirnya gue mulai cari jalur tripnya di situs-situs backpacker dan mulai menghubungi penginapan dll. Tapi akhirnya karena anak-anak nya datang dari segala penjuru… HHhaaa. Seriously, Gue sama teman gue, Ipan dan Ipin dari Jakarta, Anto, Tiku, dan Fadli dari Kalimantan, dari Makassar ada Ardi, Ashabul, Well, Kak Ale, Madjid. Karena gak ada banyak waktu lagi akhirnya gue ngontak salah satu member backpacker indonesia, Mbak Mega Barutu, yang biasa ngadain trip. Tim nya mbak Mega bakal ngehandle kita dari Surabaya – Rafting – Bromo – Batu . Untuk penginapan di Batu, gw udah ngontak salah satu homestay yang lokasinya strategis di Batu, cuma tinggal loncat doang udah sampe di Jatim Park II.
Ini merupakan perjalanan pertama gue ke Jawa Timur, dan gambar yang diposting di FB itu selalu berhasil membuat gue bersemangat. Terbayang Bromo, Rafting, dan Madakaripura plus Kota Batu. Finally.

Jumat, 17 Oktober 2014.
Pas jam istirahat sholat Jumat, gue berhasil menodong Pak Nana, Dept. Head gue untuk tanda tangan surat cuti mendadak 1/2 hari gue. HHe waktu itu Beliau sudah berjalan menuju Masjid dan tidak sempat lagi bertanya-tanya, dan jadilah gue ke Stasiun Senen bareng Ipin. Gue sama Ipin Naik Kereta Gumarang tujuan Pasar Senen – Stasiun Turi jam 15:50, tiketnya mesen di tiket.com, hhaa.. Kalo ipan udah naik pesawat hari kamisnya ke Surabaya. Kali ini gue naik kelas bisnis, selain karena kelas ekonomi sudah habis, gue juga gak mau sempit-sempitan kayak waktu naik kereta ekonomi ke Jogja pas trip ke Dieng sebelumnya. Benar saja kursi kelas bisnis sangat lapang, kaki gue bebas selonjoran ke depan, walaupun tiketnya 5x lebih mahal, asssseeeemmmmmm

Sabtu, 18 Oktober 2014
Kereta sampai di Surabaya Pasar Turi pukul 02.45.
   
 IMG_20141018_025536[1]
Di situ gue sama Ipin ketemu sama Ipan, tak lama Randy, yang ngehandle kami, datang menjemput dengan mobil ELF yang seat nya untuk 12 penumpang. Baru kali ini gue naik ELF bagus banget.. hhhaa. Maklum biasanya naik ELF jurusan Bekasi – SGC, kalo nggak Bekasi_Pulo gadung. Jadi ELF nya ada AC, kursinya empuk, sama ada port chargernya..
Selanjutnya kami menuju Meeting Point di  Bandara Juanda untuk menjemput teman lain yang naik pesawat. Kami menunggu hingga Fadli, yang jadwal pesawatnya paling akhir, mendarat pukul 09.00. Dari sini gue udah terbayang gimana jadinya kalo bener-bener 100% backpackeran, gak pake Trip Organizer, repotnya sudah passsti bikin pa’risi’.
_MG_0012_MG_0014_MG_0043
Dari Juanda kami langsung menuju Mojokerto, menuju arung jeram di sungai Pekalen, gue terbayang terus sama foto yang arum jeram yang ada air terjun di tengah trek-nya. Kami menggunakan operator NOARS Adventure. Perjalanan ke area arung jeram ini lumayan lama dan jauuh… Sampai di NOARS kami disuguhi makan siang terlebih dahulu. Dan setelah itu, dimulailah pengarungan pertama kami. WUsshhh, seru men, apalagi di trek sungai pekalen ini kita melewati 7 (kalo ga salah ingat) air terjun, sangat indah………. YOU MUST TRY! Dan kami juga salut bahwa yang memandu tim kami, Andi, merupakan salah satu atlet arung jeram (gue baru tau kalo arung jeram ada pertandingannya juga) yang sudah ikut turnamen Nasional dan pernah bertanding dengan tim dari luar negeri. Oke seenggaknya kami lebih tenang dipandu seorang pro.. Dannnn selanjutnya … Dayung maju, Boomm, Pindah kiri, Pindah kanan, Dayung Mundur, Goyang, Zircoooonnnnnnn, menjadi aba-aba kami sepanjang perjalanan mengarungi jeram-jeram di Sungai Pekalen bersama NOARS Rafting yang sangat seru ini.
 DSC_5476IMG20141018132957  IMG20141018133058 IMG20141018151730 IMG20141018152824  IMG20141018153018 IMG20141018153542
Selesai berarung jeram kami kemudian bergerak menuju Bromo pukul 18.00, dan itu juga jauuhhhh… hhaaaaa.. Kami telah disediakan penginapan di desa Cemoro Lawang. Mendekati desa Cemoro Lawang, suasana menjadi sepi, jalan yang semakin menanjak dan meliuk-liuk. Udara dingin langsung menyambut kami saat turun dari mobil setibanya di penginapan. Dan gue mau nggak mau ikut menggigil. Kalo di Bekasi jam segitu pas gue udah buka baju sama nongkrong depan kipas angin. Intinya kami ini gak ada yang terbiasa dengan suhu dingin, yang dari Makassar geh sama, disana panasnya juga amat menyengat. Termometer di jam gue menunjukkan angka 16 *C, belum sedingin di Dieng memang, tapi cukup membuat gue harus pake kaos kaki kalo nginjak lantai. Makan malam sudah disantap, kopi sudah diseduh, tapi tubuh kami masih meminta makanan hangat, jadilah kami beli lagi bakso yang aromanya berhasil membuat nih perut menari gembira.

Minggu, 19 October 2014. pukul 03.30
Kami dibangunkan untuk mulai naik, hunting sunrise. Dari penginapan kami naik mobil Jeep, trus mulai menanjaki bukit Pananjakan. Satu yang akan selalu gue ingat adalah waktu lagi nanjak, gue sempat melihat ke atas, ke langit, dan yang gue lihat itu membuat gue berhenti bergerak, pemandangan bintang-bintang plus awan awan gas berwarna biru, orange, warna-warni yang gue ga tau warna apa namanya , pemandangan langit yang biasanya gue cuma liat di internet, yang mustahil gue liat kalo di Bekasi. Pemandangannya kurang lebih seperti ini.. Sayang gue gak sempat foto,. Jadi saran gue, meskipun lagi fokus ke kaki loe yang lagi malangkah naik , jangan lupa melihat ke atas, ada sesuatu yang WOW disana…

 BWOn6ssCMAAYvaJ
Gambar ini gue comot dari google,
Sunrise pun tiba, kembali alam menunjukkan pesona luar biasanya kepada kami, aseeeekkkkk…. Suhunya 12.7 *C Bro,,…

IMG_8551 IMG_8567 IMG_8610 IMG_8629

Puas hunting sunrise, kami kembali naik jeep menuju lautan pasir….
DSC_0464 _MG_0348   _MG_8375_MG_8410
Puas bermain pasir di Bromo, kami kembali ke penginapan, bersiap ke destinasi selanjutnya yang ternyata tak kalah WOW nya, sebuah tempat yang sampai membuat gue berucap “ini surga” .. Kali ini serius, tempat ini wajib loe datengin kalo ke Bromo,… Tempat itu adalah … Air Terjun Madakaripura…

Friday, November 28, 2014

Belanja Online Aman

DI posting kali ini gue mau bagi pengalaman gue belanja online, heeeee
Setidaknya gue pertama kali belanja online itu tahun 2009, waktu itu gw beli alat bekam yang diiklanin sama seller dari Jogja. Waktu itu belum ada yang namanya BukaLapak, Lazada, Zalora, dan lainnya. Waktu itu sistem nya masih 100% kepercayaan, Pembeli transfer uang baru barangnya dikirim. Dan.. itu barang beneran sampe ke gue.. Sejak itu gue semakin sering belanja online, kenapa?
  • Gue bisa beli barang yang susah didapat di toko dekat rumah kosan, apalagi gue dulu tinggal di Cikarang, kemana-mana tanggung…
  • Gue ga terlalu suka yang namanya tawar-menawar
  • BIsa cari pembanding harga dari toko online yang lain
Apalagi pas udah punya kartu kredit, semuanya jadi lebih mudah. Bahkan gue bisa beli elektronik dengan cara dicicil tanpa bunga, termasuk beli tiket pesawat. Hhaaa
Selama ini gue belum pernah (semoga nggak) alami yang namanya tertipu saat belanja online. Gue mau bagi pengalaman gue belanja di beberapa toko online, check this out:

Saturday, November 22, 2014

Pantai Karang Bolong, Psikotest, Cilegon

Pusing dengan HPLC yang leak mulu, mending nulis…..
Suatu hari (gaya anak SD), gue dapat panggilan buat Psikotest di Krakatau Posco. O iya, tepatnya pas bulan puasa, gue ada panggilan untuk psikotest di KP hari Senin tanggal 21 July 2014.
Hari minggu gue udah besiap, dari terminal Bekasi gue naik Bus Primajasa jurusan Cilegon-Merak seharga IDR 26k. Berhubung hari itu sudah menjelang akhir bulan puasa, maka kebanyakan penumpang adalah mereka yang akan mudik. Perjalanan ke Cilegon sekitar 5 jam. Sepanjang perjalanan gue browsing penginapan murah dan baca thread tentang KP di Kaskus yang ada rute buat ke KP. Di kaskus ada yang ngasih tau turun di daerah Damkar. Gue ikut aja minta diturunin di Damkar sama Sopir busnya. Pas turun di Damkar, gue mulai merasa seperti anak hilang. Gue dapat nomor kontak yang punya kos-kosan harian di daerah Damkar sebenernya, cuma harganya itu ammpunnnn, 350rb semalam, NO WAY. Daerah damkar itu seperti derah kawan industri gitu dah, awalnya gue kirain turun di daerah damkar itu bakal banyak ruko, rumah, angkot, seenggaknya di tengah kota dah.. Akhirnya gue ke Alfamidi di dekat situ, belanja minuman buat bekal buka puasa. Baru deh gue nanya ke Bapak-bapak yang jagain parkiran, nanyain penginapan dekat situ. Kata Bapaknya, kalo penginapan adanya di Kota Cilegon, harus naik angkot lagi dari Damkar.. OKe I see, ternyata ini memang bukan kotanya Cilegon.

Friday, November 21, 2014

Dinginnya Dieng, Sebuah catatan kecil Dieng Culture Fest 2014 (part 3 of 3)

Sudah lama sejak part 2 gue publish, dan baru nulis part 3 sekarang.. haaa
Jadi di hari puncak DCF 5 ini, setelah kami kembali dari Telaga Warna, Mas Tom sudah berkoar-koar katanya prosesi arak-arakan sudah mulai berjalan. Untunglah homestay kami hanya 10 meter dari jalur yang dilewati arak-arakan ini. Jadilah saya melihat arak-arakan ini, di barisan paling depan ada bapak-bapak tua membawa dupa yang harumnya semerbak. Di belakangnya berbaris rapi rombonan yang lain, semuanya berpakaian adat Jawa, sementara anak-anak yang akan mengikuti proses pengguntingan rambut ada yang naik delman, namun ada juga yang digendong orang tuanya atau berjalan kaki, anak-anak ini berpakaian putih-putih.
Untuk keseluruhan prosesi puncak ini gue sajikan dalam foto-foto berikut, katanya satu foto itu bernilai ribuan kata … padahal lagi malas nulis hhhhaaaaaa

Nanjak Gunung Gede, Newbie Xperience

Finally,......., akhirnya satu lagi cita2 gue tahun ini tercapai, sederhana, "sampe ke puncak salah satu gunung"
HHhahaaa...
Thanks God
 
gede        SAM_4317
Semuanya berawal dari ajakan Roesland (btw keren juga namanya kalo ditulis kayak gini, bisa diartikan tanah tempat kediaman kijang.. hahahahahahaha) untuk nanjak Gunung Gede bareng anak Herbi yang langsung gue iya in, meskipun duit lagi cekak -thanks Ari yang udah minjemin duit 300rb_.
 
Jumat, 7 November 2014
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan masih saja Mr. Robby ngejar gue buat ngeswab di line nya... Arrrggg.., akhirnya dengan jurus ninja gue, terswablah itu line kurang dari 30 menit. Setelah makan dan mandi, tibalah Kijang Super Mr Prans bersama Roesland, Acong, dan Fajar di Pos 1. Apesssssss banget, sudah buru-buru itu kunci motor gue hilang tak berbekas, bukan apa-apa itu sepatu, ponco, sama Jaket gue ada di dalam bagasi motor #.. Asemmmmmmmmmmmm. Untunglah siangnya ada paket JNE berisi jaket PU dari Kang Iman. Singkat kata berangkatlah kami menjemput Mr Didin, dan Bang Cungkring (alias Ninanya Ophet alias Ade Mulyana). Masalah sepatu gue belum terpecahkan, mana ada coba toko sepatu buka jam 10 malam! Mana kata Roe harus pake sepatu lagi pas di pos pemeriksaan... Arrrrggg kunci sialan. Masuk Tol Cibubur, sepanjang jalan gue masih berpikir keras gimana cara dapatin sepatu... Sampai akhirnya di jalan tol gue liat ada plang EXIT TOL CITEUREUP, tingggg terpikirkan satu nama "Andro". Dan masalahpun terpecahkan dalam 3 menit, gue bisa tersenyum sumringah... hhhaaa
 
Sabtu, 8 November 2014
01.30 AM 
Kami tiba di parkiran Cibodas. Setelah urusan SIMAKSI, packing, dan makan selesai kami pun mulai mendaki.

Wednesday, September 3, 2014

Dinginnya Dieng, Sebuah catatan kecil Dieng Culture Fest 2014 (Part 2 of 3)

Minggu, 31 Agustus 2014

Pukul 3 dini hari saya terbangun sendiri oleh alarm alami tubuh. Disamping saya masih tertidur pulas Tyas dan Bayu. Teringat kata Mas tom untuk mempersiapkan diri menaiki bukit Pakuwojo untuk hunting sunrise, saya pun mulai melihat keadaan homestay, dan saya menemukan hanya saya sendiri yang terbangun. Khawatir semuanya tertidur, saya mencoba mengontak Mas Tom, nomor HP nya tidak aktif. Selagi saya menunggu, Bayu terbangun kemudian tertidur lagi. Sekali lagi saya mencoba menemukan mas Tom di antara yang tertidur lelap, nihil. Akhirnya saya memilih membuat secangkir kopi dan menyundut rokok sebatang. Tak lama terdengarlah suara panci dan peralaan masak lain beradu  di dapur yang ternyata berasal dari Ibu pengelola home stay yang sedang menyiapkan sarapan. Sesekali saya mencoba keluar ke balkon atas, tak lama, dinginnya lantai dan udara dini hari itu yang turun hingga 3* C sudah cukup memaksa saya kembali ke dalam. Pukul 04.00 akhirnya terdengar suara azan Subuh dari berbagai arah tanda fajar sudah mulai merekah. Pupus sudah harapan untuk hunting sunrise kali ini. saya pun kemudian mempersiapkan kamera sekedar mengabadikan suasana subuh yang damai ini.
 IMG_3828 IMG_3830 IMG_3825IMG_3836
Tak lama kemudian satu per satu anggota group terbangun. Oleh mas Tom, kami diajak untuk berjalan sekeliling melihat suasana pagi ini. Kami kembali ke area sekitar digelarnya jazz di atas awan semalam, masih terlihat sisa sisa sampah yang ditinggalkan, sayang. Kami juga mendapati kristal-kristal es yang menempel pada rerumputan, terbayang sejauh mana suhu turun tengah malam tadi.
IMG_3841 IMG_3845 IMG_3855 IMG_3866
Kecuali bagi yang memang sudah terbiasa dengan suhu dingin -seperti mbak leli yang selama di Dieng hanya mengenakan celana 3/4. ckkk…,-perlengkapan seperti kupluk, kaos kaki, sarung tangan, dan jaket tebal, wajib digunakan. Puas berfoto, saya, icha, Tama, Lingga, Mbak Ine, Mbak Zae, dan Mas  Seno (CMIIW, hhhaa), meneruskan berjalan kaki ke Telaga Warna. Masuk ke Telaga warna cukup dengan menunjukkan ID Card VIP. Sekali lagi kami mengabadikan syahdunya telaga warna ini dalam foto-foto.
IMG_3873 IMG_3888 IMG_3892

Tak lama kami berada di telaga warna, selain karena perut yang sudah kelaparan, kami juga harus bersiap mengikuti prosesi adat pencukuran rambut gimbal yang menjadi punjak dari acara Dieng Culture Festival ini.