Friday, November 21, 2014

Nanjak Gunung Gede, Newbie Xperience

Finally,......., akhirnya satu lagi cita2 gue tahun ini tercapai, sederhana, "sampe ke puncak salah satu gunung"
HHhahaaa...
Thanks God
 
gede        SAM_4317
Semuanya berawal dari ajakan Roesland (btw keren juga namanya kalo ditulis kayak gini, bisa diartikan tanah tempat kediaman kijang.. hahahahahahaha) untuk nanjak Gunung Gede bareng anak Herbi yang langsung gue iya in, meskipun duit lagi cekak -thanks Ari yang udah minjemin duit 300rb_.
 
Jumat, 7 November 2014
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan masih saja Mr. Robby ngejar gue buat ngeswab di line nya... Arrrggg.., akhirnya dengan jurus ninja gue, terswablah itu line kurang dari 30 menit. Setelah makan dan mandi, tibalah Kijang Super Mr Prans bersama Roesland, Acong, dan Fajar di Pos 1. Apesssssss banget, sudah buru-buru itu kunci motor gue hilang tak berbekas, bukan apa-apa itu sepatu, ponco, sama Jaket gue ada di dalam bagasi motor #.. Asemmmmmmmmmmmm. Untunglah siangnya ada paket JNE berisi jaket PU dari Kang Iman. Singkat kata berangkatlah kami menjemput Mr Didin, dan Bang Cungkring (alias Ninanya Ophet alias Ade Mulyana). Masalah sepatu gue belum terpecahkan, mana ada coba toko sepatu buka jam 10 malam! Mana kata Roe harus pake sepatu lagi pas di pos pemeriksaan... Arrrrggg kunci sialan. Masuk Tol Cibubur, sepanjang jalan gue masih berpikir keras gimana cara dapatin sepatu... Sampai akhirnya di jalan tol gue liat ada plang EXIT TOL CITEUREUP, tingggg terpikirkan satu nama "Andro". Dan masalahpun terpecahkan dalam 3 menit, gue bisa tersenyum sumringah... hhhaaa
 
Sabtu, 8 November 2014
01.30 AM 
Kami tiba di parkiran Cibodas. Setelah urusan SIMAKSI, packing, dan makan selesai kami pun mulai mendaki.


02.30 AM
Dan ternyata baru juga menapaki tangga masuk menuju pos pemeriksaan gue sudah terengah-engah. Ampun dah, ke pos pemeriksaaan aja gue udah kayak gini, tapi untungnya gue gak sendiri, ternyata yang lain juga SAMA. Melewati pos periksaan kami bertujuh menapaki langkah demi langkah, bermodalkan senter kami menapaki jalan setapak. Suhu udara malam itu 15* C, namun suhu tubuh yang semakin naik dan keringat yang mengucur deras membuat gue, pran, dan roe membuka jaket. Alhasil keringat yang membasahi kepala dan rambut gue seakan berubah menjadi air es yang semakin membuat kepala gue dingin. Teruslah kami berjalan ditemani cahaya bulan dan suara-suara penguhuni hutan, that was unexplainable felling bro...
03.30 AM
Setelah 1 jam berjalan tibalah kami di pos pancayangan (cmiiw). Disini roe menginstruksikan kami untuk beristirahat, dan dengan takzim kami menurutinya. Beralaskan matras, kami mencoba beristirahat. Tidur Beratapkan langit itu dengan penerangan seadanya itu juga an unexplainable felling Bro..
05.00 AM
Pelan-pelan kami bangun, disekitar kami semakin banyak pendaki yang juga beristirahat di spot ini. Setelah mengisi kembali persediaan air kami kembali meniti jalan menuju puncak.
DSC03051                             DSC03055
 
05.30 AM 
Kami kembali berjalan, kata Roe perhentian selanjutnya adalah Air Panas. Sepanjang jalan tanjakan seakan tiada akhirnya. Hampir tiap 10 menit kami berhenti untuk sekedar mengatur napas. Untungnya gue nurutn kata roe untuk bawa coklat ato madu kemasan stick. Untuk sejenak gue berpikir kalo Madurasa kemasan stik itu didesain sama seorang pendaki. haaaa. Pendakian ini memang menguras tenaga. Ditambah lagi di tas gue ada beras 5 Kg, tapi itu belum seberapa kalo ngeliat roe yang bawa carrier segede kulkas... hhhaa .. dan meskipun nafas sudah ngos-ngosan, foto-foto harussss…. untungnya ada fotografer dadakan kita, Mr Fajar, orangnya yang senyum sumringah di foto kanan bawah orang pertama dari kiri.
 DSC03058                            DSC03079
06.30 AM
Kami tiba di Air Panas. Disini kami harus melewati jalan berbatu yang licin dengan air terjun yang airnya panas dan beruap disisi kiri dan jurang di sisi kanan. Kalo ketiup angin dikit bisa jatuh itu ke jurang.
Disini kami beristirahat, membuat kopi, dan memasak mie. Lumayan untuk mengisi perut. disini gue sempatkan merendam kaki di air panas, dan tidak terasa apa-apa, padahal itu air suhunya 31*C, mungkin karena saking dinginnya suhu udara yang masih 17* C.
                                 DSC03098                                        DSC03101
 
 
07.30 AM
Perjalanan kami lanjutkan menuju Kandang Badak. Kami melewati pos Kandang Batu, banyak juga yang berkemah disana. Trek kali ini menjadi lebih berat, lebih menguras tenaga. tak terhitung berapa kali kami harus berhenti untuk beristirahat menghela nafas. Di tengah jalan Pran dengan semangatnya membuka bekal nasi plus lauk Jengkol kebanggaannya, dengan muka berseri Acong juga ikut menghampiri. Akhirnya Pran sama Acong langsung dijatuhi talak 3 oleh Roe, "Jangan satu tenda sama Gue". Haaaaaaaaaaaa... Gue lebih memilih nyundut rokok, makan coki-coki sama minum air sampe kembung.
 
DSC03104 DSC03105 DSC03107
09.30 AM
Kandang Badak.
Camp ground kandang badak merupakan kamp ground terakhir dalam jalur pendakian menuju puncak gede, dan gue sedikit lega waktu liat disana ada yang dagang nasi uduk, pop mie, sama gorengan, tapi pas tau kalo gorengan segede jempolnya harganya 2000 kagak jadi dah. Agak susah mencari lokasi untuk mendirikan tenda, karena masih banyak pendaki yang belum turun ditambah pendaki yang akan membangun shelter disini semakin bertambah. Akhirnya kami menemukan lokasi untuk mendirikan tenda meskipun tanahnya tidak rata alias menurun.

DSC03109 DSC03111 DSC03116 DSC03145

Berkemah disini juga tak perlu khawatir sama persediaan air. Di Kandang Badak ini persediaan airnya melimpah, Sudah ada pipa yang mengalirkan air jernih nan segar, kita tinggal bawa wadah doang. O iya, di setiap titik mata air ini gue sempat lihat ada hasil pemeriksaan lab-nya, hasil pemeriksaan dari anak universitas mana gue lupa. Hasilnya masuk lah dalam standard lah, cuma kurang parameter mikrobiologi aj tuh hasil..HHaaa.
Alhasil setelah tenda berdiri, jadilah kami masak nasi, mie, dan nyeduh kopi, plus nyundut rokok jarum coklat yang tembako nya nyangkut mulu di mulut gue. Koki kami Mr Fajar dengan komandonya memberi instruksi memasak nasi. “Oke airnya segitu, cukup” - “Tutupnya jangan dibuka sampai uapnya berhenti keluar”, dalam hati gue, wah jago nih anak masak, ettttt tapi ujung-ujungnya itu nasi gak ada yang bener yang pertama setengah matang, yang kedua malah gosong 5 cm, ahhh koki koplak……. hhhhAaa. Ada lagi asisten koki Mr Pran, dia maunya masak nasi pake masako, ampun dahhhhh…. dari sini gue mulai merasa khawatir sama nasib perut gw.. Haaaaa
Sekitar pukul 12 siang tiba tiba hujan deras turun, alhasil bubarlah prosesi masak memasak itu, semuanya masuk ke tenda. Perut terisi + capek + cuaca dingin memang rumus sempurna untuk mendapatkan tidur berkualitas, dan jadilah gue bangun sekitar jam 5 sore. Kegiatan masak memasak pun dimulai lagi, telur orak-arik + bakso (+pete buat acong sama pran), mie goreng, nasi setengah matang menjadi menu gala dinner kami di Kandang Badak. Kenyak, kami pun kembali ke tenda, tak banyak yang bisa dilakukan selain mendengar musik danngobrol sama Fajar, sementara Roe dan Bang Cungkring kompak pura-pura tidur. Tenda sebelah yang diisi Pran, Acong, sama Didin malah ga ada suaranya sama sekali… aahhh, hhe kecuali pas tengah malam dimana acong dengan nada memelas berteriak “Bau banget….” sambil kepalanya keluar mencari udara bebas polusi kentut sisa pembakaran jengkol dan pete. wkwkwkwkwkwkkkk



 DSC03162  DSC03167 DSC03166DSC03149

Minggu, 9 November 2014.
03.00 AM
Gue terbangun, ingat kata Roe yang ngajak nanjak jam 03.00, tapi berhubung di luar juga hujan baru reda, maka kami kembali tidur.
05.00 AM
Semua sudah terjaga, awalnya mau sarapan dulu tapi gak jad. Akhirnya packing doang buat nanjak, yang dibawa hanya perlengkapan P3K, air, makanan kecil, dan ponco, sisanya ditinggal di tenda.
06.00 AM
Tepat pukul 06.00 pendakian dimulai, dari awal Roe ngomong kalo pendakian ini bakal 3 jam lebih - belakangan gue tau kalo dia cuma ngancam doang biar kita sarapan dulu, soalnya dia lapar- padahal gak nyampe 3 jam… hhaa
Jalan yang semakin menanjak menjadi medan pendakian, ada satu bagian yang dinamai tanjakan setan, soalnya kita harus berpegangan sama tali untuk bisa naik disitu, seruuuuu man…, ditengah tanjakan setan kami sempat berfoto dengan latar Gunung Pangrango.
SAM_6532 SAM_6533 SAM_6534 SAM_6537SAM_6545
  

Dari tanjakan setan ini sinar surya sudah semakin terlihat dan pucuk pepohonan sudah mulai terlihat, puncak semakin dekat. Setelah semua tanjakan berakhir, kami disambut treke  yang datar, tinggal berjalan menuju puncak. Sepanjang trek menuju puncak yang lebarnya sekitar 2 meter gue nikmatin itu pemandangannya man… di sisi kiri ada lembah yang di bawahnya ada kawah yang measih mengeluarkan kepulan asap putih, ada kabut yang datang dan pergi, dan gue berkata dalam hati  “its worthed, gue puas tanpa penyesalan kemari”. Mengatasi diri sendiri, terus berusaha dan saling mendukung dalam tim, memang berbuah manis, kami bertujuh akhirnya sampai di tujuan kami.
08.05 AM
Kami-Didin, Acong, Cungkring, Roe, dan gue sendiri- sampe di Puncak, menyusul Pran dan Fajar yang sudah sampe duluan.
Satu hal yang gue pelajari adalah umumnya kita bahwa cenderung takut akan sesuatu yang baru. Gue baru naik gunung, terbersit rasa khawatir akan apa yang akan dihadapi, dan cara terbaik untuk mengatasinya ya  gue harus naik. Just give it a try!. and its work. Dan ini juga yang meyakinkan gue untuk tetap ke pilihan gue pindah dari dunia Lab yang sudah 6 tahun gue kenal, ke dunia Logistic yang benar benar baru buat gue. Gue percaya, dengan tekat dan niat baik, terus melakukan yang terbaik, banyak belajar, dan saling membantu, pasti akan berakhir manis dan indah, semanis dan seindah pengalaman, persahabatan, dan pemandangan di Puncak Gede, 2958 mdpl. Amin

DSC03242 DSC03287  DSC03297 DSC03302 SAM_6568 SAM_6572 SAM_6573 



WONDERFULL INDONESIA

































No comments:

Post a Comment