Friday, December 30, 2016

1 Day Trip Ke Pulau Pari

Untukmu yang berkerja di Jakarta dan hanya dapat jatah libur sehari


Hari libur bagi karyawan itu ibarat jodoh yang selalu ditunggu kedatangannya.., terlebih bagi saya yang hanya dapat jatah libur 1 hari dalam sepekan, di titik ini saya rindu tempat kerja yang dulu bisa libur Sabtu - Minggu.

So, libur sehari ini bisa dimanfaatkan untuk tidur, nganter baju ke loundry, olahraga, atau JALAN-JALAN KE PULAU SERIBU..

Yoiii ke Pulau Seribu bisa dalam 1 hari, tapi ya begitulah , jangan harap bisa snorkling, island hopping, ada acara bakar-bakar, renang-renang santai, tapi kalau untuk sekedar escape from the town, getting fresh air, tidur-tiduran santai di bawah pohon kelapa diiringi hembusan angin pantai berpasir putih, itu sangat bisa.. Let's say it's a fast charging mode for mind.


Saat cuti bersama Natal kemarin, kebetulan Bapak dan Adik saya datang dari Kendari, Bapak juga sekalian mau benchmark pengelolaan pariwisata pulau di Kep. Seribu, jadilah kami bertiga 1 day trip ke P. Pari.


06:00 > Berangkat dari penginapan di Kwitang ke dermaga Kali Adem
06:40 > Tiba di Dermaga Kali Adem
07:27 > Kapal berlayar 
09:20 > Merapat di Pulau Pari








12:45 > Kapal berangkat dari Dermaga Pulau Pari
14:43 > Tiba kembali di Dermaga Kali Adem

Di atas ada historical perjalanan kami kemarin, jadi di kami ada waktu di Pulau Pari selama kurang lebih 3 jam. Singkat sekali ya? tapi jangan salah, kalau di Jakarta, apalagi pas dikejar deadline, waktu 3 jam itu memang bisa terasa 30 menit, tapi di sana entah bagaimana 3 jam itu terasa panjang...

Jadi apa yang bisa dilakukan dalam 3 Jam?
  • Menemani Bapak survey dermaga, penginapan, warung, pengelolaan pantai, fasilitas kebersihan, MCK.
  • Rehat sejenak di Pantai Kresek
  • Tiduran di Hammock di Pantai Bintang
  • Makan siang di Pantai Perawan



















Meskipun singkat, namun sangat lumayan untuk menyegarkan pikiran dan memaksimalkan hari libur.

Biaya :

  • Naik Taksi sampai Jembatan Kali Adem (taksi tidak mau masuk karena takut kabinnya bau) : 60k
  • Naik Bajaj ke Dermaga : 20k
  • Tiket ke Pulau Pari - Kali Adem pp : 90k/orang, sebenarnya ini tiket  ke P. Pramuka, cuma batal karena kejauhan.
  • Sewa Sepeda : 15k
  • Retribusi masuk P. Kresek : 2,5k /orang
  • Retribusi masuk P. Bintang : 2,5k  /orang
  • Retribusi masuk P. Perawan : 2,5k  /orang
  • Makan siang dengan menu Ikan Baronang 1 Kg (3 ekor) + Nasi Putih + 3 Es Teh Manis : 125k
  • Naik odong-odong dari Dermaga keluar Jembatan : 5k/orang
  • Naik Taksi Balik ke Kwitang : 60k



Tips:
  • Pada hari kerja, jadwal kapal, baik dari Pulau maupun dari Kali Adem, hanya sekali berangkat yaitu di pagi hari (info ABK), kalau di hari libur dari Pulau ada yang berangkat siang ke Kali Adem.
  • Sebaiknya langsung bertanya ke ABK ataupun petugas tiket jika ingin naik kapal siang untuk kembali ke Kali Adem, jangan sampai kehabisan tiket, dan membayar langsung ke ABK bisa jauh lebih murah.
  • Untuk berkeliling pulau biar cepat sebaikanya langsung menyewa sepeda.
  • Jangan membwa barang yang tidak perlu, kalau perlu cukup bawa badan saja, toh hanya pp.
  • Jangan sampai ketinggalan kapal


Selamat Beribur....








Saturday, December 3, 2016

Dari Lab ke Logistic

Berubah Haluan

Empat tahun belajar di sekolah kejuruan kimia di Kota Makassar, yang tentunya proporsi belajar kimia dan aplikasi laboratoiumnya lebih besar, sekedar menyebutkan,  kimia dasar, kimia organic, kimia anorganik, analisa gravimetric, analisa volumetric, analisa fisik, analisa mikrobiologi, analisa instrumental, K3 Laboratorium, analisa organoleptik, bahkan pelajaran Bahasa Inggris dimasukkan juga materi kimia yang saya mengucapkan terima kasih Pak Darius, saya jadi lebih mudah mengerti instruksi Kerja yang masih banyak mengambil dari sumber dalam bahasa Inggris. Lulus sekolah tersebut dilanjutkan bekerja 2+1+3 = 6 tahun di Laboratorium 3 perusahaan, dan sekarang saya berakhir di sebuah perusahaan logistics! Begitulah kehidupan…

Jika sebelumnya saya menganalisa berapa kandungan protein, lemak, dan bakteri dalam susu, mencoba mencari tahu formula yang tepat untuk membuat pestisida, maka sekarang saya menganalisa berapa biaya dan waktu  yang diperlukan untuk mengirimkan sebuah excavator misalnya, dari Jakarta atau dari sebuah daerah yang tidak terbayang  lokasinya ke daerah lain yang bahkan google pun kesulitan menemukannya.

Hingga ketika ada kesempatan bersua dengan sesama perantauan asal SMAK Makassar di Jabodetabek, ketika yang lain bercerita mengenai seputar analisa laboratorium, saya hanya mampu membayangkan dan mengingat-ingat beberapa prosedurnya. Sungguh terkadang masih rindu hati ini mengenakan jas laboratorium, membuat larutan standard, mengencerkan sampel, menginject 50 microliter larutan sample ke HPLC atau GC,  membuat media agar steril, menghitung jumlah koloni bakteri dan jamur di cawan petri, membakar ose (yang saya sempat lupa namanya dan harus cari dulu di goggle), bahkan saya masih bisa mengingat manisnya aroma chloroform yang pernah dengan bodohnya saya pipet dengan menggunakan mulut alih-alih menggunakan bulf, bau potato dextrose agar, hingga bau tengik yang terbentuk dari koloni bakteri Salmonella ketika ditumbuhkan di media XLD.


Wednesday, November 30, 2016

Biaya Naik Gunung Papandayan

Dikelola Swasta Plus dan Minus

Bulan September kemarin, atas rencana dadakan tiba-tiba saya dan teman-teman baru kembali naik ke Gunung Papandaya, Garut. Niatnya untuk melepas lelah dan penat, plus bonus tidak ada telepon dari mana-mana... hhheeee

Seperti pada pendakian sebelumnya ke Papandaya, masuk lokasi wisata kawah akan disambut gapura dan membayar biaya masuk, namun wooww ada yang berubah ternyata. Tarif masuk naik berkali lipat. Dulu seingat saya masuk ke sana hanya sekitar 20 - 30 ribuan diluar biaya parkir.

Berikut update tarif nya.


Jadi tinggal dijumlahin saja tuh tarif masuk, tarif kemping, tarif masuk kendaraan + parkirnya.
Dan lihatlah tarif pengunjung mancanegara alamak, bisa 3x lipat tarif WNI. Kebayang kalau saya dikasih tarif begitu kalau mau naik gunung di Malaysia atau dimana pasti bakal nolak.. hhaha, padahal pernah dapat tarif lokal karena dikira warga Malaysia sono.

Dan pertanyaannya adalah apa yang berubah? lebih baik kah?
Ya, sepengamatan saya lebih baik dari sisi fasilitas :
  • Toilet umum: Sudah ada di area parkiran, kawah, dan pondok Saladah. Air bagus (pastilah), bersih, gayung, ember, kloset jongkok. 


  • Trek: Jalan juga sudah lumayan perbaikannya, sudah dibuatkan anak tangga di beberapa bagian dan juga ada gazebo untuk istirahat di tengah trek, di sekitar area kawah.

  • Keamanan: Ada Security yang berjaga 24 jam dilengkapi HT.




  • Kebersihan: Sekarang tidak ada lagi alasan mengotori alam, tempat sampah tersedia, bahkan pendaki nakal yang suka meninggalkan sampah di area kemping sekarang harusnya sudah tidak ada, karena kita cukup mengumpulkan sampah di pos secutiry yang ada di jalan masuk area kamping. Petugas yang akan bertanggunjawab mengelola sampahnya. 




Tapi jangan berharap ada fasilitas dan petugas keamanan serta petunjuk jalan menuju Tegal Alun, karena pengelola tidak mencakup area tersebut.


Dan apakah minusnya? Ya pertama pasti memberatkan biaya pendakian, bahkan di pasar cikajang bertemu dengan pendaki lain yang menyebut bahwa ini adlaah gunung dengan biaya masuk termahal di Indonesia, akhirnya menjadi sepi, hal yang kmeudian dikeluhkan para pedagang di sana.


Mengutip perkataan Tyo " Ini membuat pendaki menjadi lebih bertanggung jawab" Agree or not?



Akhirnya tujuan saya tercapai, menghirup udara segar dengan pemandangan alam luar biasa anugerah Tuhan, menambah pertemanan sesama pendaki, dengan pedagang, berbagi cerita sambil menghangatkan tubuh, serta bonus no call for 2 day 1 night.



Terima Kasih Tuhan, semoga perjalanan selanjutnya ke Papandayan bisa bersama pasangan tercinta masih bisa menikmati anugerahMu di kesempatan selanjutnya.


Aaamiiinnnn... baik yang dicoret maupun nggak...,

Tuesday, November 29, 2016

Mengatur Keuangan A La Single



Sudah bekerja 8 tahun tapi gak punya tabungan...


Well itulah realitas yang saya alami saat ini. Hal ini sudah saya sadari lebih awal sebenarnya dan tulisan ini untuk mengingatkan saya kembali.

Okey, memang ada banyak jenis investasi, bisa berupa saham, reksadana, logam mulia, properti, dsb. Namun pendidikan juga saya anggap investasi. So dari awal bekerja di 2008 hingga 2014, sebagian besar penghasilan yang saya terima dari bekerja saya alokasikan untuk membiayai pendidikan saya perguruan tinggi, hasilnya adalah pelajaran berharga, kawan, koneksi, dan gelar akademis yang akhirnya bisa saya gunakan kembali untuk bargain posisi di dunia kerja.

Namun pada kenyataannya, setelah lulus kuliah - yang mana seharusnya pos pengeluaran untuk pendidikan sudah berkurang dan secara teori bisa menabung - hingga akhir 2015 pun saya tetap tidak punya tabungan dan bahkan semakin terpuruk dengan hutang. Baru pada akhir 2016 ini kondisi keuangan , hahahhaha bahasanya, saya cenderung membaik. Alhamdulillah.

Untuk memperbaiki dan membalikkan kondisi tersebut ini hal yang saya lakukan:
1. Menetapkan target
Dari belajar dan membaca tips-tips keuangan yang bertebaran di website, saya akhirnya menetapkan target harus punya tabungan dana darurat minimal 3x pengeluaran pokok per bulan plus Rp. 0 utang.

2. Stop utang baru, lunasi yang ada, dan tutup pintu-pintunya
Pada awal 2016 saya mulai berjuang melunasi selurh hutang, baik hutang KTA maupun Credit Cards. Untuk melunasinya saya menghidari berutang lagi. Saat ini saya sudah berhasil melunasi KTA, menutup 1 dari 3 CC yang saya miliki, dan sedang proses untuk penutupan CC kedua. Kedepannya saya hanya mempertahankan 1 CC untuk kepentingan darurat.

3. Membuat rencana cash in - cash out
Pada pekerjaan saat ini, tipa bulannya saya dan team membuat rekap atas pemasukan dan pengeluaran serta prediksi atas kondisi kedepan. Hal itu membuat saya berfikir, mengapa saya tidak membuat untuk saya sendiri.
Akhirnya saya membuat tabel excel yang berisi pos pemasukan dan pos pengeluaran, budget dan aktualnya, hingga 2018. Ya hingga 2018. Hal ini banyak membantu saya mengontrol dan merencanakan pengeluaran agar tidak minus di akhir bulan.

4. Kontrol atas pengeluaran
Terinspirasi dari tulisan yang dishare teman di LinkedIn, saya akhirnya menginstall aplikasi Monefy, yang berguna untuk mencatatkan segala pengeluaran saya dalam 1 bulan. Sangat membantu, dan akhirnya saya upgrade ke versi pro. Mungkin agak berlebihan untuk setiap pengeluaran kita membuka aplikasi dan mencatatkannya, tapi demi mendapatkan gambaran aktual pengeluaran ya sudahlah. Lagipula jika dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk membuka sosmed, sekedar stalking mantan update status atau lebih parahnya menyebar hoax, proses ini jauh lebih bermanfaat. Dan pertanyaan uang habis dipakai buat apa bisa terjawab.


5. Kebutuhan vs Keinginan
Saya menginginkan berangkat kerja dengan motor CBR atau Ninja, namun ternyata yang saya butuhkan ternyata cukuplah sebuah motor Mio hitam milik sendiri yang sudah lunas. See? daripada mengejar keinginan dan ujung-ujungnya berutang, saya memilih memenuhi kebutuhan.

6. Tetap berbagi
Kontrol ketat pengeluaran bukan berarti menjadi pelit, jika ada kewajiban untuk menyisihkan harta maka tetap dilakukan, caranya dengan tidak menganggapnya sebagai pengeluaran namun sudah menghitungnya di awal dan gaji bersih yang dialokasikan untuk budget sudah dikurangi pos ini.


Mungkin terlihat menyiksa dan merepotkan, namun demi menghidari stress berkepanjangan akibat utang, it's worth it.