Tuesday, December 31, 2013

Backpacker Singapore Malaysia budget 2 juta (Part 2)

Akhirnya sampailah kami di Singapore, mendarat di salah satu bandara terbaik di dunia menjadi salah satu kesenangan tersendiri. Dan wow… neh bandara gak serasa bandara, lebih terasa seperti masuk mall, hhee. Di changi ini akhirnya ketemu sama yang namanya tempat ambil air minum gratisan, sebenarnya sudah pernah liat di Soetta, Cuma saja masih rada ragu kalo harus minum air langsung dari keran di Jakarta.
Satu lagi yang gue lihat adalah bahwa kebanyakan petugas security dan bahkan imigrasi di sini adalah keturunan India, dan yang mengejutkan adalah petugas kebersihannya kebanyakan opa dan oma chinesee. Orang tua disini benar-benar semangat kerjanya…. Sampe di imigrasi antre lagi dibelakang garis kuning, kirain mau ditanya macam-macam.. eh taunya Cuma liat muka doang, trus plok, distempel dah tu paspor.
Setelah berkeliling mengikuti tanda EXIT, dan tanda MRT Station (sampai disini bayanganku tentang MRT Station adalah seperti Stasiun KRL Di Jabodetabek), kami bertemu lagi dengan satu rombongan yang saya ingat satu pesawat dengan kami dari jakarta. Kami pun beranikan bertanya “Mbak dari Indonesia ya?”. Dijawabnya “Iya”. Setelah itu kami pun bertanya dimana tempat membeli tiket MRT, dan kami ditunjukkan ticketing officenya. Gue and Tyo memutuskan membeli yang namanya Singapore Tourist Pass (STP) seharga S$26/kartu yang berlaku selama 2 hari.
STP
Jadi STP itu ditujukan untuk tourist yang berkunjung ke singapore. Dengan kartu ini kita sudah bebas / unlimited naik sistem transportasi publik di singapore seperti MRT (kereta) dan LRT (Bus). Bentuk STP ini seperti tiket elektronik Commuter Line sekarang, tinggal di Tap di pintu masuk dan pintu keluar di Stasiun MRT dan di Bus. Harga STP ini bervariasi tergantung durasi penggunaannya. Karena kami akan berada di Singapore dari sabtu siang sampai Minggu malam, kami membeli yang untuk 2 hari. 2 hari ini berarti kartu ini valid digunakan dari hari sabtu jam 00.00 sampai minggu jam 11.59. Harga S$26 sangat mahal ya, tapi sebenarnya itu sudah termasuk deposit S$10 per kartu, deposit ini bisa diambil kembali setelah kita mengembalikan kartu ini di ticketing office tertentu. Ya semacam deposit Rp 5.000, kayak kalo kita naik commuter line.
Urusan transportasi di singapore selesai sudah, tinggal masalah komunikasi. Sebenarnya ada yang jual SIM Card Singapore full service di Changi, Cuma harganya itu,… S$15. Tau sendiri modal gue sama tyo Cuma S$40 seorang. Urusan komunikasi ini penting dong, apalagi kalo bukan buat pamer2 status di facebook.. wuakakakakkak… mana di hotel ga dapat wifi gratis lagi… hhee. Ini alamat selama di Singapore HP gue gak berguna. Balik lagi, setelah STP udah ditangan, gue ma tyo kembali ngobrol dan mengekor sama rombongan dari Bogor ini. Salut, ternyata mereka kakak beradik semua… Kompak banget… Dan untuk menjawab rasa penasaran kami, Si Tyo iseng bertanya harga tiket mereka. Kata Mbaknya tiketnya 700 ribuan per orang, dan hhheee tanpa rasa bersalah kami bilang harga tiket kami Cuma 85 rebuuu. Tuh Mbaknya kaget, dan hhe gue yakin seyakin-yakinnya kalo mereka sakit hati banget pas tau kami yang satu pesawat dengan mereka tiketnya Cuma 85 rebu.. Maafkan kejujuran kami Mbak…. Hheeee.

   IMG_0844
Setelah men-tap kartu di gerbang masuk, gue jadi bingung, kok kita malah berhenti disitu, bukannya jalan ke peron, malah berhenti di depan toko-toko yang masih tutup. Lamaaaaaaaa baru gue sadar kalo yang gue kirain toko yang pada tutup itu adalah pintu masuk kereta sebenarnya. Gue masih kebayang peron itu kayak peron kereta di stasiun Manggarai. Hadawwww… Jadi pintu kereta di sono tuh dua lapis, satu ya pintu keretanya sendiri, satunya lagi pintu yang nempel di peron, jadi loe gak bakalan bisa jatuh ke yang namanya rel kereta. Dan kalo stationnya di bawah tanah, kayak di Changi ini, itu pintu gak keliatan kayak pintu, keliatan kayak tembok aja dia, orang sampe di atap. Waduh,, satu lagi pintu pengetahuan bagi anak negri ini terbuka, itu tuh gue serasa dapat pencerahan, dapat wahyu dari Roh Singa….
Akhirnya kereta tiba, kita pun naik. Hmm keretanya bersih, papan petunjuknya jelas dari mana mau kemana dan dimana kita sekarang. Pengumuman2 dalam kereta dibuat dalam bahasa Inggris, China, Melayu, dan Thai, CCTV dimana-mana, bule bertebaran, segala macam bahasa terdengar… wuihh gue bener-bener di luar negeri nih..,Parahnya sampe naik di MRT pun, gue belum tahu harus turun di stasiun mana. Sebenarnya udah gue cari di google maps sebelum berangkat dan ketemu peta menuju hotelnya lengkap dengan jalur MRT dan jalur jalan kakinya, Cuma bodohnya, kenapa tuh peta gak gue screenshoot dan bisa dibuka offline… akhirnya mengandalkan insting gue..
Gini logika sagitarian yang gue pake “ itu hotel di daerah geylang… dan di geylang itu ada stadion. Karena di peta MRT gk ada Station Geylang, dan ada station Stadium, jadi kita harus turun di stasiun Stadium, ya kayak kita naik busway ke senayan, kita turunnya kan di Halte Gelora Bung Karno….”
 
Dan sudah bawaan gue dari orok kalo gue bakal susah ngakuin kalo gue tak tahu arah, dan bakal lebih memilih berputar-putar dulu nyari info sendiri sebelum bertanya ke orang lain (gue pernah dikira hilang pas TK, padahal gue pulang sekolah nongkrong di depat toko mainan karena mengira bokap bakalan lewat situ, padahal gak ada yang nyuruh gue nunggu disitu..)
 
Dan inilah dialog gue dan tyo :
Tyo : Lu nanya2 ke orang napa Mad,.. Gak Masalah..
Gue : Lu nanya2 mulu…. Tuh di peta kan ada Hhhee,
Muter-muter stasiun dan transit di Stasiun Paya Lebar.. Gelap!, karena desakan Tyo yang terus menerus--akhirnya gue bertanya juga ke petugas MRT sambil menunjukkan alamat hotel. Kata Petugasnya “Ooo.. Geylang hah.. The nearest station is Kallang. You must go upstair to platform B. It is one station more”
Oooo gitu to… senengnya dengar orang India ngomong Inggris pake logat British…
Sampe di stasiun Kallang, kami harus lagi berjalan kaki ke hotel. Singapore itu kayak jakarta panasnya.. Cuma rapih, tertib, gak ada asap hitam dan polusi dari mobil dan motor, kalo nyebrang jalan pasti dikasih jalan sama yang naik mobil, nyebrang semuanya nunggu lampu gambar orang jalan kaki berwarna ijo, gak pernah ketemu yang namanya polisi, cctv ada dimana-mana, kalo ada pekerjaan di jalan pasti di barikade rapih dan tetap menyediakan jalan buat pejalan kaki.
IMG_2327 IMG_2329
 
17.00. Akhirnya pemirsah, ketemu juga itu yang namanya Fragrance Hotel Emerald. Masuk lobby langsung disambut staff hotel yang mirip banget sama dosen PU yang namanya Pak T Manivasugen, hhee. Setelah menunjukkan print out voucher dan passpor kami diberi kunci kamar, dan senangnya kamar ini diupgrade sama meraka, dari yang Queen Bed Size ke Twin bedroom, “with no additional cost” katanya. Akhirnya gue gak perlu satu kasur sama tyo.. hahhaa, alhamdulillah…
Sampe di kamar di lantai tiga, langsung nyalain AC, menghempaskan diri ke kasur, nayalain TV, masak air buat seduh indomie, mamang tak ada yang mengalahkan nikmatnya Indomie….…. Sambil melihat pemandangan dari jendela kamar, “oke, kita di Singapore sekarang”…
IMG_2331 IMG_2332 IMG_2341 IMG_2338
Selepas makan indomie, karena kecapean, kita tertidur sampai pukul….
 
20.30. Di luar sudah gelap, lampu kamar juga belum dinyalakan. Pas bangun lupa kalo di Singapura. Langsung bergegas keluar, soalnya malam ini adalah malam terakhir yang kita bakalan full di Singapura, besok malam sudah harus ke Johor Baru. Dari hotel kita menuju ke stasiun MRT Kallang lagi, menuju daerah Bugis. dan gue masih bertanya-tanya dari mana sejarahnya nama suku leluhur gue jadi nama salah satu jalan di singapore. Dan satu lagi misi gue adalah berfoto di depan plang nama yang bertuliskan Jalan Bugis, hhee.
Turun di stasiun bugis, yang menyatu dengan mall, Bugis Junction. Kami mengikuti arus orang kebanyakan. Terpampanglah Lampu neon Bertuliskan Bugis Street. Ternyata daerah itu adalah sebuah jalan yang disulap menjadi kios-kios pedagang. Di kawasan ini bermacam-macam barang dijual, dari oleh-oleh seperti gantungan kunci, t-shirt, jus sampai sex toys. Harganya? Yah, masuk akal lah.. Jus buah disana harganya S$ 1, gantungan kunci ada yang 6pcs S$10, Tshirt 3pcs 10S$, ada juga jam tangan yang 5S$. Yah, melihat barang-barangnya serasa di pasar malam di kemayoran.
  IMG_2342
Puas Melihat-lihat dan berfoto kami terus naik lagi MRT, niatnya keliling-keliling doang, dari Stasiun Bugis ke Stasiun Marina Bay (kirain pas keluar stasiun ketemu pantai, ternyata nggak), ke stasiun Esplanade (trus akhirnya balik lagi), dan begonya setelah muter nggak jelas baru kepikiran buat ngintip buku panduan. Ternyata mending ke stasiun Raffles setelah itu jalan kaki ke Merlion Statue yang terkenal itu. Akhirnya kami berhenti di Stasiun Raffles, keluar ketemu gedung perkantoran, agak gelap dan sepi (serius, ternyata singapore kalo malam sepi, padahal ini malam minggu, lebih rame jakarta>>>). Jalan-jalan, ketemulah semacam kolam, atau apalah itu (ternyata itu sungai Singapore, hhe) sampai disini udah putus asa mencari tuh patung singa, orang gelap dan sepi. Akhirnya kubuka lagi tuh buku. Disaah satu barisnya tertulis “Patung Merlion ini terletak di depan hotel The Fullertoinnapalahnamanya…” dan Tepat di sudut kanan jauh mataku terbaca dengan jelas “The Fullertoinnapalahnamanya Hotel”. Langsung dah gw kembali bersemangat “Ayo yo, tujuan kita di depan hotel itu”. Berjalan, kesasar, panas, keringat, nyebrang jalan, taraaaa.. sampai juga di sini…

Setelah puas menikmati atraksi cahaya malam Singapore, menikmati asyiknya berbagai bahasa yang terdengar, India, Jawa, Chinesee, Thai, kami bergegas kembali ke stasiun Raffles, teringat perkatan petugas MRT,”the last train will be at 11.45”. Kami berhasil kembali ke stasiun Kallang tepat waktu, tinggal perut yang belum terisi. Kami mencoba menyusur daerah Geylang untuk mencari pengganjal perut (geylang itu katanya daerah red lightnya singapore sebenarnya, hhaa). Ketemulah warung yang menjul menu makanan nasi Goreng dan mie goreng. Ditanya sama penjualnya yang kayaknya chinesee atau thailand , “Mie Gorengnya Seafood ye?” kujawab “Yes, seafood”. ditanya lagi “ Babi no hah?” gue jawab lagi “No, no”… Jiah warung gak halal nih, apa boleh buat, udah lapar.. Jadinya gue pesan Mie goreng seafood (meskipun yang muncul pada akhirnya adalah kwetiauw goreng) dan Tyo Pineapple Fried rice (nasi goreng nanas) harganya masing-masing 5 SGD, plus beli air mineral ukuran 1L seharga 1 SGD. Pas duduk nungguin makanan baru ngeh, kalo disaping penjual itu ada warung nasi padang yang pajang tulisan bismillah dan logo halal… hadewwwww.. Bismillah ajaa….. Hajar… 

Kaki dah pegel, perut udah terisi, saatnya balik ke hotel…
IMG_0122

































No comments:

Post a Comment