Wednesday, January 15, 2014

Sains dan Agama

Geli… itulah yang saya rasakan ketika melihat tayangan yang tiba-tiba mengklaim penemuan ilmiah saat ini ternyata telah dijelaskan dalam Islam berabad lampau. Oke bagi saya jika mengatakan “telah dijelaskan dalam Islam” atau “sesuai dengan petunjuk dalam Islam” maka islam yang dimaksud adalah Kitab Al-Qur’an dan Hadist Rosulullah. Hmmm… Ya, kenapa ya muslim sekarang sukaaa sekali mencocok-cocokkan penemuan saat ini dengan Islam, bahkan terkesan sangat dipaksakan.

Bagi saya sains ya sains, agama ya agama. Ya, Islam mengajarkan dan mendorong manusia untuk meneliti dan terus belajar. Tapi apakah ketika banyak penemuan dan teori saat ini akan selalu diklaim telah dijelaskan berabad-abad yang lampau dalam Islam. Nah gini, yang namanya penemuan, publikasi ilmiah, teori yang ada saat ini kan diperoleh melalui pendekatan ilmiah dan cara yang ilmiah pula, yang bisa jadi akan terbantahkan dengan teori, penemuan, publikasi lain yang juga diperoleh melalui jalan yang sama.

Ketika muslim berkata bahwa teori bigbang telah dijelaskan dan sesuai dengan Islam, kemudian ternyata dikemudian hari teori ini terbantahkan, mau bilang apa?

Ya udah lah. Romantisme masa lalu dengan mengatakan bahwa Islam lah yang mencerahkan Eropa saat eropa memasuki masa kegelapan, memang benar. Tapi, peran muslim saat itu adalah dengan mentransfer pengetahuan yang hilang dari peradaban Yunani dan Romawi kan? (CMIIW).

Janganlah juga ada lagi gambar-gambar buah yang ketika dibelah menunjukkan kemiripan dengan lafadz Alloh atau ketika ada deretan pohon yang jika dari salah satu angle terlihat seperti bertuliskan kalimat tauhid, kemudian di gembar-gemborkan sebagai bukti kebenaran Islam. Haaa….. Itu membuat saya geli. Kebenaran akan tetap kebenaran, seperi mutiara yang akan tetap menjadi mutiara walau berada dalam lumpur. Tidak perlu memaksakan dengan gambar buah-buahan, pohon-pohonan, motif sisik ikan yang direka-reka hingga mirip tulisan arab.

Wednesday, January 1, 2014

Backpacker Singapore Malaysia budget 2 juta (part 3)

Day 2. Minggu 24 November 2013.
Setelah beristirahat semalam, pas malamnya beli paket wifi 2 jam seharga 5 SGD, lumayan buat bikin timeline di facebook. Dan satu lagi, sebenarnya HP gak gue matiin, tetap dinyalalin, jadinya roaming, dari Tsel ke Singtel, dan Pulsa gue yang Rp 25.000 langsung abis karena ada sms masuk dari Wendry dan ada yang telpon masuk … hhhaaa gue yakin pulsa mereka berdua langsung abis… hhheee
jam 09.00 gue ma tyo dah siap-siap packing, sekalian buat check out. Rencananya kita gak balik lagi ke hotel, puasin jalan di Spore trus malamnya langsung menuju Johor Baru. Hari ini rencannya kita jalan ke Bugis buat beli oleh-oleh (tyo doang, gue udah gak tertarik beli oleh-oleh di Spore), sekalian nukar duit lagi di money changernya. Kami tiba di bugis Street pukul 09.30, dan ternyata jam segitu pedagang belum pada buka. Ya udah sambil nunggu pedagang sama money changernya buka, kita berdua jalan di sekitaran bugis, ketemulah semacam chinatown gitu, dari penjual herbal, tukang ramal, sampe yang pada mau ibadah di klenteng, wuihhh aroma dupanya itu,.. asyekkk… Sebenarnya udah mau sarapan di foodcourt situ, tapi berhubung yang jualan semuanya menu-menu pork, ya hilanglah lapar gue.
IMG_2371 IMG_2373    
Menunggu, sambil menikmati suasana sekitaran bugis street sampe jam 11 (sebenarnya mau ke kampung arab buat sarapan, cuma gak tau arahnya). Setelah lapak-lapak buka, mulailah tyo berbelanja ria, gue cukup minum jus aja buat ngilangin haus. O iya, kan sebelum pada buka tuh lapak, gue ma tyo nyari-nyari money changer lain yang kali buka, nah, di tengah lorong lapak yang masih tutup kita papasan sama dua cewek, sebelum papasan gue denger bahasa mereka kayak bahasa thailand, pas papasan ehh… ternyata ngomong jowo, .. langsung dah disamperin sama tyo nanyain money changer. Selama di bugis juga gue sering denger sahutan-sahutan “ e kadiye’… “ hha bener-bener serasa di tanah abang broo,,..

Tuesday, December 31, 2013

Backpacker Singapore Malaysia budget 2 juta (Part 2)

Akhirnya sampailah kami di Singapore, mendarat di salah satu bandara terbaik di dunia menjadi salah satu kesenangan tersendiri. Dan wow… neh bandara gak serasa bandara, lebih terasa seperti masuk mall, hhee. Di changi ini akhirnya ketemu sama yang namanya tempat ambil air minum gratisan, sebenarnya sudah pernah liat di Soetta, Cuma saja masih rada ragu kalo harus minum air langsung dari keran di Jakarta.
Satu lagi yang gue lihat adalah bahwa kebanyakan petugas security dan bahkan imigrasi di sini adalah keturunan India, dan yang mengejutkan adalah petugas kebersihannya kebanyakan opa dan oma chinesee. Orang tua disini benar-benar semangat kerjanya…. Sampe di imigrasi antre lagi dibelakang garis kuning, kirain mau ditanya macam-macam.. eh taunya Cuma liat muka doang, trus plok, distempel dah tu paspor.
Setelah berkeliling mengikuti tanda EXIT, dan tanda MRT Station (sampai disini bayanganku tentang MRT Station adalah seperti Stasiun KRL Di Jabodetabek), kami bertemu lagi dengan satu rombongan yang saya ingat satu pesawat dengan kami dari jakarta. Kami pun beranikan bertanya “Mbak dari Indonesia ya?”. Dijawabnya “Iya”. Setelah itu kami pun bertanya dimana tempat membeli tiket MRT, dan kami ditunjukkan ticketing officenya. Gue and Tyo memutuskan membeli yang namanya Singapore Tourist Pass (STP) seharga S$26/kartu yang berlaku selama 2 hari.
STP
Jadi STP itu ditujukan untuk tourist yang berkunjung ke singapore. Dengan kartu ini kita sudah bebas / unlimited naik sistem transportasi publik di singapore seperti MRT (kereta) dan LRT (Bus). Bentuk STP ini seperti tiket elektronik Commuter Line sekarang, tinggal di Tap di pintu masuk dan pintu keluar di Stasiun MRT dan di Bus. Harga STP ini bervariasi tergantung durasi penggunaannya. Karena kami akan berada di Singapore dari sabtu siang sampai Minggu malam, kami membeli yang untuk 2 hari. 2 hari ini berarti kartu ini valid digunakan dari hari sabtu jam 00.00 sampai minggu jam 11.59. Harga S$26 sangat mahal ya, tapi sebenarnya itu sudah termasuk deposit S$10 per kartu, deposit ini bisa diambil kembali setelah kita mengembalikan kartu ini di ticketing office tertentu. Ya semacam deposit Rp 5.000, kayak kalo kita naik commuter line.
Urusan transportasi di singapore selesai sudah, tinggal masalah komunikasi. Sebenarnya ada yang jual SIM Card Singapore full service di Changi, Cuma harganya itu,… S$15. Tau sendiri modal gue sama tyo Cuma S$40 seorang. Urusan komunikasi ini penting dong, apalagi kalo bukan buat pamer2 status di facebook.. wuakakakakkak… mana di hotel ga dapat wifi gratis lagi… hhee. Ini alamat selama di Singapore HP gue gak berguna. Balik lagi, setelah STP udah ditangan, gue ma tyo kembali ngobrol dan mengekor sama rombongan dari Bogor ini. Salut, ternyata mereka kakak beradik semua… Kompak banget… Dan untuk menjawab rasa penasaran kami, Si Tyo iseng bertanya harga tiket mereka. Kata Mbaknya tiketnya 700 ribuan per orang, dan hhheee tanpa rasa bersalah kami bilang harga tiket kami Cuma 85 rebuuu. Tuh Mbaknya kaget, dan hhe gue yakin seyakin-yakinnya kalo mereka sakit hati banget pas tau kami yang satu pesawat dengan mereka tiketnya Cuma 85 rebu.. Maafkan kejujuran kami Mbak…. Hheeee.