Friday, September 9, 2011

I love the way I go to SMART

-->
Ketika rasa malas, bosan, marah, maupun kecewa dengan pekerjaan datang, setidaknya ada satu hal yang tetap membuatku semangat untuk setiap hari memacu motor thunder merah itu bolak-balik antara kosan, pabrik, dan kampus. Hal itu adalah pemandangan sepanjang perjalanan menuju pabrik. Suatu pemandangan yang sempurna.
Di pagi hari, awalnya yang tersaji adalah pemandangan kendaraan yang semarak, semrawut dan kadang ugal-ugalan dengan suara klakson dimana-mana, namun pemandangan kontras tersaji ketika memasuki daerah harapan indah, ada hijaunya sawah dan danau di kiri dan kanan yang semuanya masih tertutup kabut tipis ditemani udara segar yang sejenak menyegarkan paru-paru jika melalui jalur harapan mulya, atau pemandangan kanal dengan kilau-kilau air yang juga masih tertutup kabut, pintu air dan jembatan yang samar-samar terlihat dari kejauhan, sawah dan kebun yang memberikan warna hijau menyegarkan mata, burung-burung yang senang terbang di hilir mudik meliuk-liuk di pinggir kanal seakan memberi ucapan selamat pagi dan juga udara pagi yang sejuk dan segar, membuat paru-paru berusaha menghirupnya sampai batas maksimum jika memilih jalur BKT yang lebih cepat.

Pemandangan elok kembali tersaji setelahnya, pemandangan laut Marunda, aku memang selalu tertarik dengan laut, airnya yang melimpah ruah, di batas pemandangan paling jauh disana terlihat persatuan antara dunia bawah dan atas, ketika air laut bersentuhan dengan langit di cakrawala, pemandangan yang memaksa mata ini terus mengaguminya sampai tiba waktunya memarkirkan si merah dan mengawali pekerjaan dengan membubuhkan sidik jari pada mesin absensi. Demikianlah, suasana hati kembali tertata saat waktu kerja telah berakhir, saat-saat ketika berjalan menghampiri si merah di area parkiran, sembari memasang helm, kembali kukagumi pemandangan indah dihadapanku, air laut yang berkilauan di terpa sianr matahari sore, dari kejauhan terlihat siluet crane-crane yang kokoh di pelabuhan tanjung priok, a perfect view for the work day ending!

Wednesday, July 20, 2011

Pulau Damar - Pulau Bendera

Petualangan seru menjelajahi kepulauan seribu berlanjut!

Minggu 24 juni saya dan kawan-kawan menjelajah ke 2 pulau sekaligus, Pulau Damar dan Pulau Bendera. Perjalanan kami mulai di meeting point yang tak lain adalah tempat kerja kami, PT SMART Tbk. Lokasinya yang berada persis di pinggir laut memungkinkan kami naik perahu melalui dermaga setengah jadi yang ada di depannya. Parahu pun kami sewa dari nelayan yang juga teman Asep, rekan kerja kami di lab yang tinggal di Marunda.
Rencana start yang direncanakan pukul 7 pagi, molor sampai pukul 8.30. Tepat pukul 8.30, perahu yang akan membawa kami berpetualang tiba di depan pabrik. Akhirnya impian naik perahu dari depan pabrik tercapai jua. Saya, pak alit, riki, jati, tirta, yudha, serta asep beserta 2 teman nelayannya plus akmul, teman kosan saya, pun memulai salah satu perjalanan yang akan sangat menegangkan, meninggalkan firman dan faisal yang hanya bisa mengantar sampai di pinggir pantai dan ternyata belakangan ketahuan asyik berfoto ria!!!!!
Perjalanan menuju pulau damar kami tempuh lebih kurang 2 jam. Perjalanan diwarnai ombak sedang, teriknya matahari membuat kami sedikit kepayahan. Melewati kapal-kapal kargo, kapal pertamina, keramba-keramba nelayan, dan pelabuhan tanjung priok yang tampak dari kejauhan menjadi suatu moment tersendiri. Rasa lega merasuk begitu melihat sebuah pulau dengan mercusuar menjulang dari kejauhan, ya itulah pulau yang akan kami tuju, Pulau Damar Besar.
Pulau Damar Besar sendiri tidaklah terlalu besar, tepat di sebelah baratnya ada pulau kecil tak berpenghuni dengan pantai pasir putih yang dikenal dengan pulau damar kecil. Pulau Damar besar pun sebenarnya bukanlah pulau yang dihuni penduduk, sepertinya hanya penjaga mercusuar saja yang tinggal disini. Bagian selatan pulaunya masihlah berupa hutan rimbun yang memiliki trek untuk pejalan kaki dan sepeda. Setibanya di sana kami langsung mencari warung, untuk sekedar mencari tah hangat atau makanan kecil sekedar untuk mengembalikan kondisi tubuh. Di kompleks mercusuar kami menemukan satu-satunya warung di pulau.
Ada satu hal yang juga akan saya ingat di pulau ini, saya menyebutnya “petualangan mencari tempat buang hajat” hehehehe. Ya, saya dan tirta yang sejak di kapal sudah kebelet, di pulau ini tak menemukan WC, dan solusi yang kami dapat dari orang-orang di warung adalah “ di pantai aja”. Wuah,… jadilah kami menerobos hutan di bagian selatan pualau demi mencari lokasi yang sempurna untuk melepaskan hajat. Setelah sekitar 15 menit masuk hutan, kami tiba di pinggir laut berpasir putih yang tidak terlalu jauh dari dermaga. Lokasinya begitu sempurna, ada semak-semak belukar yang melindungi dari pandangan. Dan rasanya wuihhhhhhh….. lega dan ckckckck…. Sensasinya itu… kapan lagi buang hajat di atas pasir putih dan menghadap ke lautan lepas yang berwarna biru jernih dengan suara ombak yang berirama memanjakan telinga dan angin laut yang membuai pikiran…rasanya seperti buang hajat di surga… wuahahahhaha welcome to my paradise…
Saya juga sempat ke mercusuar, meski tidak sampai naik. Di dekat mercusuar itu ada sekitar 4-5 rumah yang tidak dihuni, bisa jadi itu juga adalah peninggalan belanda, atau bangunan baru untuk penjaga mercusuar. Di salah satu tras depan rumah itulah kami sholat dzuhur. Tepat disamping mercusuar ada pohon yang rindang dengan bangku dan meja. Ada juga pohon jambu air yang sedang lebat-lebatnya berbuah. Kawan, buahnya benar-benar mulus, tanpa cacat mungkin karena tak ada serangga atau hama yang menyerangnya di pulau di tengah laut..
Pukul 1 siang kami meninggalkan pulau Damar menuju Pulau Bendera, pulau yang kata Asep hanya setengah jam jaraknya dari Pulau Damar.
Hasil Pemancingan sampai kami meninggalkan Pulau Damar :
Pak Alit : 0, Riki : 1 .. , wuahahahaha..


Continued:
Pukul 1 siang kami melanjutkan perjalanna ke pulau bendera,
Dan inilah perjalan paling seru sesungguhnya,.. ombak besar mengahadang sepanjang perjalanan kami. Taksiranku tinggi ombaknya lebih dar setengah meter, tak ayal kapal pun oleng ke kiri dan kanan, dari depan ke belakang. Rasanaya seperti naik wahana kora-kora di dufan. Namun ini lebih seru sekaligus menakutkan, karena kami berada di tengah laut dan sepertinya jika kapal kami terbalik tak ada yang melihat. Belum lagi ditambah perahu yang bocor setelah dihantam ombak besar, mesin mati,… tak heran jika yudha ( yudha bahkan hanya menunduk sepanjang perjalanan, tak berani lagi melihat dunia luar), pak alit (yang bersyukur tiada tara mendengar mesin kembali menyala setelah sempat mati), akmul, dan riki yang duduk di depan hanya bisa terdiam seraya berdoa, hehe. Sangat berbeda dengan saya, tirta, dan jati yang malah seperti orang gila, tertawa, dan berteriak kegirangan ketika kapal dihantam ombak besar dan terhempas ke depan dan belakang, persis seperti anak kecil yang baru dapat mainan baru, padahal asep dan 2 teman nelayannya pun ternyata juga cemas melihat besarnya ombak,.. wicxx saya baru sadar tingkah kami seperti tiga orang idiot yang mengalami sidrom kehilangan control di tengah laut,.. yeah the three idiots.
Perjalanan yang kata asep hanya 1/2 jam, ternyata molor menjadi 2 jam. Pulau bendera yang kami singgahi sangat berbedadengan bayanganku, bukannya pulau indah berpasir putih kami dapatkan, malahan sebuah perkampungan nelayan tanpa pantai pasir putih. Ya, tak kesampaian lagi cita-cita jati berenang di pantai. Tapi inilah pertama kalinya saya melihat secara langsung kampong nelayan, benar-benar meninggalkan daratan dan bermukim mencari ikan di tengah laut. Yang membuat saya agak heran adalah ketika ke warung (ke warung harus naik perahu lagi), saya mendengarkan lagu-lagu didendangkan dari sebuah speaker yang dihungkan dengan sebuah hp nokia. Lagunya bukanlah lagu dangdut trio macan atau roma irama, tapi lagu dari Robbie William, westlife, green day, eric Clapton, dan sederet lagu-lagu bule lainnya.. yayaya inilah contoh nyata globalisasi yang sudah menyentuh desa nelayan di pulau bendera man!
Pukul 4 sore kami meninggalkan pulau bendera menuju starting point kami di depan PT Smart yang bersinar mas terang terus…. Perjalanan kali ini lebih tenang dan kami bisa menikmati suasana laut menjelang petang, dan yudha pun akhirnya bisa duduk tegap lagi menatap dunia penuh air di sekelilingnya. Pukul 6.30 kami merapat dan langsung menghambur menuju parkiran berharap tidak bertemu bos atau saya harus berpincang-pincang lagi karena hari jumat saya baru “jatuh dari motor”!!!!!!! Peace!!!!!!!!!!!


Monday, May 16, 2011

Antara Gamis dan Jeans

Barusan baca tulisan yang bahas penggunaan gamis. Tahu gamis kan? Itu loh pakaian yang menurutku sangat mirip dengan daster yang di pakai kaum ibu2... cuma kalo gamis ini lengannya panjang.. (semoga penggambaranku betul...)

Nah, tulisan yang saya baca tadi memberikan alasan mengapa harus mengenakan gamis... Salah satunya ia mengatakan karena kita wajib mencontoh Rasulullah Muhammad SAW dari ujung kaki sampai ujung rambut, di setiap waktu, dan... karena gamis adalah pakaian Nabi dan pakaian para malaikat (saya baru tahu kalo ada sumber yang mengatakan bahwa malaikat itu berpakaian gamis)...
Kalau saya kok cenderung lebih setuju bahwa pakaian gamis itu adalah pakaian khas arab ya? Dan bukan pakaian khas Islam.....
Bukankah yang diwajibkan oleh Allah SWT adalah menutup aurat ya? So, selama mentup dengan sempurna boleh2 aja dong..
Artinya memakai kemeja, celana panjang, sarung, piyama, jeans, dan sejenisnya boleh toh.... Tentang jeans, kenapa banyak muslim yang selalu mengidentikkan jeans ini dengan kebarat-baratan. Memang sejarahnya jeans ini dibuat di America pada awalnya untuk pekerja tambang emas dan menjadi primadona karena bahannya yang kuat. Tapi apakah karena itu menjadikannya bertentangan dengan Islam? Ya selama celana dari bahan jeans (denim) itu menutupi aurat kenapa tidak? Kenapa celana jeans itu tidak bisa disamakan dengan baju koko yang sejarahnya juga berasal dari China? 

Apa ini disebabkan oleh keparanoidan berlebihan dengan segala hal yang berasal dari barat? 
Hehe, bahkan lampu yang menerangi setiap sudut Masjidil Haram beserta Ka'bah didalamnya diakui dunia sebagai temuan Mr. Edison yang sama sekali bukan berasal dari dunia timur, Arab, ataupun Islam.