Dimana tempat terdingin di Indonesia? Hmm.. Awalnya saya hanya mengetahui Puncak Jaya, Papua, dengan es abadinya. Namun ternyata dari ngobrol dengan mas penjual makanan langganan, saya tahu tempat lagi yang namanya Dieng, sebuah desa yang dapat ditempuh sekitar 40 menit perjalanan dari kota Wonosobo, yang juga dijuluki Desa Di Atas Awan karena terletak di ketinggian >2000 mdpl.
Setelah browsing sana-sini ketemulah acara Dieng Culture Festival. Sebuah festival budaya tahunan yang diadakan di Dieng, dengan acara puncaknya yaitu ritual pencukuran rambut gembel. Nah, ini dia. Sebuah acara yang harus saya hadiri, setelah tahun 2013 saya melewatkan acara ini.
#DCF 5
Rangkaian acara DCF ke 5 ini dimulai dari tanggal 30-31 Agustus 2014. Jauh hari sebelum acara ini saya bergabung dengan sebuah group yang akan mengadakan trip ke Dieng ini. Sebuah group yang beranggotakan anak-anak muda yang gemar menjelajah keindahan negeri ini, dari 20 lebih anggota group ini hanya 1 yang saya kenal mariza (icha) teman kos saya, dan Lingga yang tempat tinggalnya dekat di Tambun. Inilah seninya berlibur bersama menikmati keindahan Indonesia dan menambah teman baru dari berbagai daerah.
Jumat, 29 Agustus 2014
Saya dan Icha bergegas menuju Meeting Point untuk bertemu dengan teman yang berangkat dari Stasiun Senen. Dari Stasiun Senen kami bertujuh menaiki kereta Progo kelas ekonomi seharga 50.000 menuju Meeting Point di Stasiun lempuyangan Jogjakarta. Dari Stasiun Lempuyangan inilah kami akan berangkat dengan menggunakan bus langsung menuju Dieng. Dari Stasiun Senen kereta berangkat pukul 22.30 dan tiba di Stasiun Lempuyangan pukul 06.50. Ini pertama kali saya naik kereta ekonomi AC. Dalam sebuah gerbong dengan kursi plastik dengan sandaran tegak formasi seat 2 – 3 dan berhadap-hadapan. Bersiaplah beradu lutut dengan penumpang di depan. Ya ya ya.. ada harga ada barang. Just enjoy the journey..
Sabtu, 30 Agustus 2014
Kami akhirnya bertemu dengan anggota group yang lain di Stasiun lempuyangan. Setelah berkenalan, dan sedikit mengisi perut dengan makanan hangat seadanya kami berangkat menuju Dieng sekitar pukul 8. Sepanjang perjalanan kami dihadang oleh 2 karnaval memperingati 17 agustus.. hhhaaa. Satu karnaval di Kab. Sleman, dan satu karnaval lagi di Kab. Wonosobo dekat Dieng. Perjalanan kami akhirnya molor sekitar 3 jam karena karnaval ini. Pada karnaval ke dua, banyak yang memutuskan untuk turun dari bus dan berjalan kaki menuju tempat peristirahatan pertama di Gardu Pandang, termasuk saya dan Icha. Selain karena sudah masuk daerah pegunungan sehingga udaranya sejuk (termometer yang saya bawa menunjukkan suhu 15* C), menikmati karnaval ternyata bukan ide yang buruk hahay...
Di Gardu Pandang (> 1800 mdpl) kami mengisi perut yang sudah sangat kelaparan dengan Mie Ongklok dan teh hangat. Dari Gardu Pandang kami melanjutkan perjalanan ke Desa Wisata Dieng, sampai disana guide kami (Mas Tommy) melakukan registrasi. Dengan 175 ribu, kami mendapatkan goodie bag berisi tiket VIP (dapat menyaksikan prosesi pencukuran rambut lebih dekat dan bebas masuk telaga warna), satu t-shirt, satu kain batik, satu lampion, satu jagung, satu tiket masuk kawah sikidang, dan beberapa panduan wisata.
Setelah registrasi kami langsung dibawa menuju kawah Sikidang. Suhu semakin turun hingga mencapai 10* C.
Dari Sikidang kami menuju home stay yang sudah dipesan mas Tommy. Thanks Mas Tom, the home stay is amazingly big, clean, and has easy access to the venue. Di home stay kami makan malam, dan saya mencoba mandi tanpa menggunakan air hangat. dan… hhaa saya hanya kuat mandi sebanyak 4 gayung saja… Benar-benar dingin.
Rangkaian acara malam ini adalah pertunjukan jazz di atas awan, kembang api dan pelepasan lampion. Di tengah suhu yang terus turun hingga 7* C, ratusan atau bahkan mungkin ribuan wisatawan dan warga lokal memadati area pelaksanaan acara. Tak lupa kami menuliskan harapan kami pada wish lampion ini. Tama yang ingin cepat lulus, Dirthon yang ingin kerja di Nokia, dan beragam keinginan kami tuliskan di lampion ini. Kembang api diluncurkan, lampion diterbangkan, music jazz mengiringi, sungguh indah malam ini.
Pukul 24 tepat kami kembali ke homestay, mempersiapkan diri untuk acara esok hari, mendaki bukit pakuwojo dan menikmati golden sunrise (rencananya…)