Do you know what?
Berdasarkan informasi terakhir yang diperoleh ternyata Jurusan Industrial Engineering President University cuma dapat nilai C, ya benar C setelah dilakukan akreditasi.
Yup, .. mengecewakan yah...
Yeah, my lovely, international standard campus as claimed, hanya dapet C.
So, gue harus bilang wow gitu? maksudnya adalah, apa arti dan pengaruh nilai akreditasi ini?
Ada yang bilang katanya jadi tidak mudah untuk melanjutkan S2 di PTN, ada juga mengkhawatirkan pandangan dunia kerja terhadap lulusan, namun saya belum mencari tahu lebih lanjut mengenai hal ini.
Saya sebagai mahasiswa biasa tidak tahu apa yang menjadi kriteria penilaian assesor dan juga tidak bisa membandingkan sistem pendidikan yang dapat nilai C ini dengan sistem lain yang dijalankan di universitas yang mendapatkan nilai B atau C.
Bagi saya pribadi, selama penilaian ini tidak mempengaruhi masa depan (ciee.. prettt), kesempatan melanjutkan kuliah, kesempatan berkarir, yah gak masalah lah. Selama ini saya senang-senang saja dengan sistem perkuliahan di PU dan menikmati segala dinamikanya, saya juga telah merasakan kuliah di sebuah universitas yang menerima siswa dari negara lain, meskipun saya tidak sepenuhnya merasakannya karena saya kuliah di program ekstensi yang banyak sedikitnya pasti berbeda dengan perkuliahan regular.
Semoga Industrial Engineering PU terus berbenah dan mendapatkan penilaian yang lebih baik pada akreditasi selanjutnya.
Teringat perkataan seorang dosen yang jika ditranslate kurang lebih "bagaimana mungkin kita mengklaim diri sebagai world class university sedangkan di negara sendiri tidak diakui/diakreditasi"
dan juga penuturan dosen lainnya "nggak diakreditasi aja peminatnya sudah melimpah kayak gini..."
Update :
Berikut screenshoot dari BAN PT tertanggal 3 september 2014, dan yang mengesalkan adalah karena sekarang kan musimnya daftar CPNS, dan kebanyakan mensyaratkan minimal akreditasi B. Nah, yang jadi pertanyaan saya, Universitas lain saja bisa dapat B, kok President University hanya dapat C.. Aseeeeeeemmmmmmmmmmm
Sunday, September 30, 2012
Saturday, September 29, 2012
Diplomasi ala Jusuf Kalla
Diplomasi Ala Bugis…
Sebelum
saya menjabat sebagai WAPRES, karakter dan watak orang Bugis sangat
jarang yang mengenalnya di belahan nusantara ini. Bahkan ada banyak
pendapat yang keliru dan menyangka orang bugis adalah bangsa yang keras
dan tidak pernah kenal kompromi. Ini jika melihat dari sejarah banyak
yang menganggap bahwa orang bugis adalah bajak laut pada masa silam.
Anggapan ini sungguh tidak berdasar dan keliru.
Orang bugis sebenarnya mempunyai ciri khas yang menarik. Dari sejarahnya kerajaan bugis didirikan bukan pada pusat-pusat ibu kota dan sangat jauh dari pengaruh India. Itulah sebabnya di Bugis tidak ada candi. Ini berbeda dengan kerajaan jawa yang mebangun pusat kerajaannya pada ibu kota dan bersifat konsentris.
Namun demikian, orang bugis sudah terkenal memiliki kebudayaan, mereka memiliki tradisi lisan maupun tulisan. Bahkan orang bugis memiliki salah satu epos terbesar di dunia yang lebih panjang daripada epos Mahabarata yakni cerita tentang lagaligo yang sampai saat ini sering dibaca dan disalin ulang dan menjadi budaya yang mengakar pada masyarakat bugis.
Bagi suku-suku lain, orang Bugis sering dianggap sebagai orang yang berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Bila perlu demi kehormatan, orang bugis bersedia melakukan kekerasan. Namun dibalik sifat itu semua, sebenarnya orang bugis adalah orang yang sangat ramah, menghargai orang lain dan menjunjung tinggi kesetiakawanan, bahkan bersedia menjadi bumper demi kesetiakawanan. (itulah mungkin sebabnya mengapa Golkar pada masa pemerintahan SBY-JK sering menjadi Bumper karena ia dipimpin oleh seorang yang sangat berwatak bugis).
Meskipun sebagai bangsa perantau, orang bugis selalu membawa identitas bugisnya di mana mana. Beberapa orang-orang di singapura dan Malaysia meskipun sudah menjadi warga Negara sana, dan mereka sudah bergaya hidup modern tapi mereka selalu mengaku sebagai orang Bugis meskpiun sudah merupakan keturunan yang kesekian dan belum pernah menginjak tanah bugis.
Begitu juga dengan saya, selama terjun ke dunia politik saya tidak pernah melepas karakter bugis saya yang blak-blakan, dan sering dianggap kurang santun bagi mereka yang sangat menghargai etiket. Tapi itulah saya, saya sering mengatakan kepada teman-teman, jangan paksa saya jadi orang jawa. Menjadi orang bugis dan berkarakter keras kadang berguna juga. Waktu menyelesaikan kasus ambalat untuk pertama kalinya, saat itu saya menggunakan gaya diplomasi ala Bugis yang anda tidak dapatkan dalam literature strategi diplomasi. Waktu itu saya ke Malaysia bertemu dengan Perdana Menteri yaitu Najib. Saat itu ia ditemani oleh 5 Menteri dan saya juga ditemani oleh 5 Menteri plus Dubes kita. Saat pertemuan itu saya bilang ke Najib “Najib…Ambalat itu masalah sensitive, itu bisa membuat kita perang. Kalau kita perang, belum tentu siapa yang menang. Tapi satu hal yang mesti you ingat, di Malaysia ini ada 1 juta orang Indonesia, 1000 orang saja saya ajari Bom, dan mereka Bom ini gedung-gedung di Malaysia maka habislah kalian”
Saat itu pak Najib kaget, dia sadar sebagai sesama Bugis, ancaman saya bukan hanya gertakan belaka. Dia bilang ke saya “pak Jusuf, tidak bisa begitu”
Saya bilang ke dia “makanya mari kita berunding, terus terang saya kadang tidak suka sama you punya Negara, Buruh-buruh Ilegal dari Indonesia ditangkapi kayak binatang, sedangkan majikannya tidak ditangkap, padahal kalau ada buruh Ilegal maka tentu ada juga majikan illegal. Setiap ada Ilegal loging pasti orang Malaysia yang ambil, begitu ada kebakaran hutan mereka marah-marah, padahal hampir sepanjang tahun mereka menghirup udara segar yang dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia, satu bulan saja ada kabut asap mereka marah marah. Dan juga setiap ada ledakan Bom di Indonesia selalu orang Malaysia dalangnya”
Waktu itu Pak Dubes langsung bisiki saya “Pak, Ini sepertinya sudah melewati batas diplomasi”
Saya langsung bilang ke dia “kau kan Dubes, yah sudah kau perbaikilah mana yang lewat”
Setelah itu, untuk menunjukkan ketidak sukaan saya kepada Malaysia saya menolak menginap di Kuala Lumpur, saya bilang saya mau menginap di kampong Bugis di Johor sana. Akhirnya pak Najib ikut juga saya ke sana. Di atas mobil, dalam perjalanan menuju Johor Pak Najib Bilang ke saya “ Kayaknya bapak terlalu keras tadi waktu berunding”
Saya cuma bilang ke dia “kamu kan juga orang Bugis, kenapa kau tidak keras juga tadi?” mendengar itu dia cuman ketawa saja.
Malamnya di Johor, kita makan malam dan nyanyi-nyanyi, mengundang Siti Nurhaliza, sampai jam 1 malam dan kita ngantuk. Keesokan paginya kita main golf, dan saat itu juga masalah Ambalat selesai. Dengan gaya Diplomasi ala Bugis, saya tidak perlu memakai bahan yang sudah disiapkan oleh DEPLU semua spontanitas saja. Dan sampai sekarang kalau ada tentara Malaysia datang lagi di Ambalat, saya tinggal telpon Najib “Hey Najib, jangan lagi kau kirim, you punya tentara ke Ambalat, kita bisa perang nanti”
Demikan juga waktu saya menyuruh EXXON supaya angkat kaki dari Blok Natuna. Waktu itu saya dikejar oleh orang-orang EXXON mereka mau melobi. Tapi saya selalu menolak ketemu dan menghindar. Saya ke Riyadh, mereka mau nyusul ke sana, saya ke Jedah mereka mau datang, tapi saya tolak karena saya mau ibadah dan sampai di belahan bumi manapun mereka kejar saya. Akhirnya waktu itu Di Makassar karena melihat kegigihan mereka, saya suruh mereka datang. Dan datanglah itu Chairman Exxon mereka 4 orang dan saya hanya ditemani oleh Sekretaris saya.
Saat pertemuan di Hotel Sahid Makassar, orang Exxon bilang ke saya, “Mr.Vice President, anda kalau membatalkan kontrak dengan EXXON, maka besok akan saya SU”
Saya langsung pukul meja saya dan bilang ke dia “kalau kau berani SU, maka saya akan SU kau 10 kali, Its my country, not your country, jangan kau datang ke sini mau ancam-ancam saya”.
Saat itu dia langsung minta maaf. Dan saat itu Blok Natuna kembali ke tangan kita pengelolaannya, meskipun pada akhirnya lepas lagi ke EXXON karena wewenang saya dicabut dan control tidak lagi berada di tangan saya. Apa pun itu, untuk kehormatan bangsa, kita jangan mau didikte oleh bangsa lain, kalau mereka keras, maka kita balas lebih keras lagi. Jangan pernah takut kita akan dibuat susah dan macam-macam. Selama kita yakin Tuhan selalu bersama kita, maka bangsa lain tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadap kita.
Kredit kepada: http://umum.kompasiana.com
Orang bugis sebenarnya mempunyai ciri khas yang menarik. Dari sejarahnya kerajaan bugis didirikan bukan pada pusat-pusat ibu kota dan sangat jauh dari pengaruh India. Itulah sebabnya di Bugis tidak ada candi. Ini berbeda dengan kerajaan jawa yang mebangun pusat kerajaannya pada ibu kota dan bersifat konsentris.
Namun demikian, orang bugis sudah terkenal memiliki kebudayaan, mereka memiliki tradisi lisan maupun tulisan. Bahkan orang bugis memiliki salah satu epos terbesar di dunia yang lebih panjang daripada epos Mahabarata yakni cerita tentang lagaligo yang sampai saat ini sering dibaca dan disalin ulang dan menjadi budaya yang mengakar pada masyarakat bugis.
Bagi suku-suku lain, orang Bugis sering dianggap sebagai orang yang berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Bila perlu demi kehormatan, orang bugis bersedia melakukan kekerasan. Namun dibalik sifat itu semua, sebenarnya orang bugis adalah orang yang sangat ramah, menghargai orang lain dan menjunjung tinggi kesetiakawanan, bahkan bersedia menjadi bumper demi kesetiakawanan. (itulah mungkin sebabnya mengapa Golkar pada masa pemerintahan SBY-JK sering menjadi Bumper karena ia dipimpin oleh seorang yang sangat berwatak bugis).
Meskipun sebagai bangsa perantau, orang bugis selalu membawa identitas bugisnya di mana mana. Beberapa orang-orang di singapura dan Malaysia meskipun sudah menjadi warga Negara sana, dan mereka sudah bergaya hidup modern tapi mereka selalu mengaku sebagai orang Bugis meskpiun sudah merupakan keturunan yang kesekian dan belum pernah menginjak tanah bugis.
Begitu juga dengan saya, selama terjun ke dunia politik saya tidak pernah melepas karakter bugis saya yang blak-blakan, dan sering dianggap kurang santun bagi mereka yang sangat menghargai etiket. Tapi itulah saya, saya sering mengatakan kepada teman-teman, jangan paksa saya jadi orang jawa. Menjadi orang bugis dan berkarakter keras kadang berguna juga. Waktu menyelesaikan kasus ambalat untuk pertama kalinya, saat itu saya menggunakan gaya diplomasi ala Bugis yang anda tidak dapatkan dalam literature strategi diplomasi. Waktu itu saya ke Malaysia bertemu dengan Perdana Menteri yaitu Najib. Saat itu ia ditemani oleh 5 Menteri dan saya juga ditemani oleh 5 Menteri plus Dubes kita. Saat pertemuan itu saya bilang ke Najib “Najib…Ambalat itu masalah sensitive, itu bisa membuat kita perang. Kalau kita perang, belum tentu siapa yang menang. Tapi satu hal yang mesti you ingat, di Malaysia ini ada 1 juta orang Indonesia, 1000 orang saja saya ajari Bom, dan mereka Bom ini gedung-gedung di Malaysia maka habislah kalian”
Saat itu pak Najib kaget, dia sadar sebagai sesama Bugis, ancaman saya bukan hanya gertakan belaka. Dia bilang ke saya “pak Jusuf, tidak bisa begitu”
Saya bilang ke dia “makanya mari kita berunding, terus terang saya kadang tidak suka sama you punya Negara, Buruh-buruh Ilegal dari Indonesia ditangkapi kayak binatang, sedangkan majikannya tidak ditangkap, padahal kalau ada buruh Ilegal maka tentu ada juga majikan illegal. Setiap ada Ilegal loging pasti orang Malaysia yang ambil, begitu ada kebakaran hutan mereka marah-marah, padahal hampir sepanjang tahun mereka menghirup udara segar yang dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia, satu bulan saja ada kabut asap mereka marah marah. Dan juga setiap ada ledakan Bom di Indonesia selalu orang Malaysia dalangnya”
Waktu itu Pak Dubes langsung bisiki saya “Pak, Ini sepertinya sudah melewati batas diplomasi”
Saya langsung bilang ke dia “kau kan Dubes, yah sudah kau perbaikilah mana yang lewat”
Setelah itu, untuk menunjukkan ketidak sukaan saya kepada Malaysia saya menolak menginap di Kuala Lumpur, saya bilang saya mau menginap di kampong Bugis di Johor sana. Akhirnya pak Najib ikut juga saya ke sana. Di atas mobil, dalam perjalanan menuju Johor Pak Najib Bilang ke saya “ Kayaknya bapak terlalu keras tadi waktu berunding”
Saya cuma bilang ke dia “kamu kan juga orang Bugis, kenapa kau tidak keras juga tadi?” mendengar itu dia cuman ketawa saja.
Malamnya di Johor, kita makan malam dan nyanyi-nyanyi, mengundang Siti Nurhaliza, sampai jam 1 malam dan kita ngantuk. Keesokan paginya kita main golf, dan saat itu juga masalah Ambalat selesai. Dengan gaya Diplomasi ala Bugis, saya tidak perlu memakai bahan yang sudah disiapkan oleh DEPLU semua spontanitas saja. Dan sampai sekarang kalau ada tentara Malaysia datang lagi di Ambalat, saya tinggal telpon Najib “Hey Najib, jangan lagi kau kirim, you punya tentara ke Ambalat, kita bisa perang nanti”
Demikan juga waktu saya menyuruh EXXON supaya angkat kaki dari Blok Natuna. Waktu itu saya dikejar oleh orang-orang EXXON mereka mau melobi. Tapi saya selalu menolak ketemu dan menghindar. Saya ke Riyadh, mereka mau nyusul ke sana, saya ke Jedah mereka mau datang, tapi saya tolak karena saya mau ibadah dan sampai di belahan bumi manapun mereka kejar saya. Akhirnya waktu itu Di Makassar karena melihat kegigihan mereka, saya suruh mereka datang. Dan datanglah itu Chairman Exxon mereka 4 orang dan saya hanya ditemani oleh Sekretaris saya.
Saat pertemuan di Hotel Sahid Makassar, orang Exxon bilang ke saya, “Mr.Vice President, anda kalau membatalkan kontrak dengan EXXON, maka besok akan saya SU”
Saya langsung pukul meja saya dan bilang ke dia “kalau kau berani SU, maka saya akan SU kau 10 kali, Its my country, not your country, jangan kau datang ke sini mau ancam-ancam saya”.
Saat itu dia langsung minta maaf. Dan saat itu Blok Natuna kembali ke tangan kita pengelolaannya, meskipun pada akhirnya lepas lagi ke EXXON karena wewenang saya dicabut dan control tidak lagi berada di tangan saya. Apa pun itu, untuk kehormatan bangsa, kita jangan mau didikte oleh bangsa lain, kalau mereka keras, maka kita balas lebih keras lagi. Jangan pernah takut kita akan dibuat susah dan macam-macam. Selama kita yakin Tuhan selalu bersama kita, maka bangsa lain tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadap kita.
Kredit kepada: http://umum.kompasiana.com
Bahaya sabun yuang mengandung Triclosan / Irgasan
Bahaya Sabun yang mengandung Triclosan
Berikut
kutipan press release dari FDA (Federal Drug Administration), lembaga
pengawasan obat dan makanan di Amerika Serikat, yang sering menjadi rujukan
international termasuk di Indonesia sebagai standard keamanan obat-obatan dan
pangan.
“At this time, FDA does not have
evidence that triclosan added to antibacterial soaps and body washes provides
extra health benefits over soap and water.” www.fda.gov
Dalam pernyataan ini FDA
menyatakan saat ini mereka belum menemukan bukti bahwa penambahan Triclosan dalam
sabun mandi memberikan manfaat.
Berbahayakah Triclosan ?
Masih dari FDA,
“Triclosan
is not currently known to be hazardous to humans. But several scientific
studies have come out since the last time FDA reviewed this ingredient that
merit further review.
Animal studies have shown that
triclosan alters hormone regulation. However, data showing effects in animals
don’t always predict effects in humans. Other studies in bacteria have raised
the possibility that triclosan contributes to making bacteria resistant to
antibiotics.”
FDA mengatakan bahwa saat ini
Triclosan tidak dimasukkan ke dalam bahan yang berbahaya untuk manusia, namun
telah ada kajian ilmiah yang menunjukkan bahwa bahan ini dmempengaruhi fungsi hormone
ketika diujicobakan pada hewan. Ya, selama ini uji pada hewan selalu dijadikan
patokan untuk melihat pengaruh bahan yang diuji kepada manusia sesperti
obat-obatan atau kosmetik.
Selain itu sebuah kajian ilmiah lain
menunjukkan adanya kemungkinan bahwa penggunaan triclosan ikut andil dalam
resistensi atau kekebalan bakteri terhadap antibiotic. Adalah hal yang
berbahaya jika bakteri menjadi kebal terhadapa antibiotic sebab kita tak bisa
lagi melawan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dengan antibiotic yang ada
saat ini dan harus mencari antibiotic baru untuk mematikan bakteri yang telah
kebal antibiotik.
Sabun tanpa triclosan, efektifkah?
Sabun sebenarnya merupakan produk yang
telah lama digunakan manusia untuk membersihkan kotoran pada tubuh manusia.
Bahan utama sabun sendiri sebenarnya adalah lemak dan bahan kimia basa seperti
NaOH maupun KOH. Hanya dengan dua bahan ini saja sebenarnya sabun sudah bisa
dibuat. Sedangkan bahan lainnya hanyalah bahan untuk mengawetkan, mewarnai, dan
memberi aroma pada sabun atau bahan tambahan lain yang memberi manfaat bagi
kulit. Lemak sendiri dapat diperoleh dari minyak tumbuh-tumbuhan, seperti
minyak kelapa, minyak sawit, minyak kedelai, dll. Sabun yang sederhana ini
sudah mampu menyingkirkan kotoran, atau lebih tepatnya lemak/minyak yang kemudian ditempeli debu pada kulit kita.
Apalagi jika bahan pembuatnya berasal dari bahan alami yang telah terbukti dan
dipercaya memberi manfaat bagi kesehatan kulit.
Jadi jangan cepat tergiur dengan iklan yang menyatakan bahwa "sabun ini mengandung TCC dan irgasan (alias triclosan)", padahal bahan tersebut tidak terbukti memberi manfaat bagi kita, dan bahkan berpotensi menimbulkan bahaya.
Jadi jangan cepat tergiur dengan iklan yang menyatakan bahwa "sabun ini mengandung TCC dan irgasan (alias triclosan)", padahal bahan tersebut tidak terbukti memberi manfaat bagi kita, dan bahkan berpotensi menimbulkan bahaya.
achmadkam.blogspot.com
Subscribe to:
Posts (Atom)